Ketegangan di Balik Operasi Basarnas

Petugas Basarnas intensif berlatih dan mndongkrak rasa percaya diri,

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 19 Jun 2017, 19:03 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2017, 19:03 WIB
sar
Rusmadi bersiap turun dari Helikopter untuk menyelamatkan korban. (foto : Liputan6.com / basarnas / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Basarnas dan arus mudik lebaran 2017, sebenarnya bukanlah hal yang saling mengait. Arus mudik lebaran seharusnya lebih bertumpu pada kelancaran arus lalu lintas.

Namun pengalaman arus mudik lebaran 2016 ketika terjadi kemacetan parah di Brebes Exit (Brexit) yang membawa korban tewas karena menghirup karbon monoksida, mengharuskan Basarnas turun gunung.

Rusmadi adalah salah satu relawan Basarnas. Ia memiliki keahlian dan spesialisasi terjun dari ketinggian untuk menyelamatkan korban. Bukan hanya masuk ke dalam sumur sempit dengan pengaman tali, namun kini mendapat tantangan baru, turun dari ketinggian dari helikopter.

Kepala Humas Basarnas Jawa Tengah Zulhalwary Agustianto bercerita, setiap relawan Basarnas diharuskan memiliki kemampuan rescuer yang mumpuni. Meski demikian tetap ada ketegangan setiap kali hendak bertugas.

"Dalam kokpit heli, Rusmadi kelihatan sangat tenang. Tapi saya yakin ada ketegangan dalam dirinya," kata Zulhalwary kepada Liputan6.com, Sabtu 17 Juni 2017 ketika mengikuti latihan simulasi penyelamatan korban kemacetan arus mudik lebaran 2017 dengan Helikopter di Exit Tol fungsional Gringsing.

Kapten penerbang pilot Angga yang menerbangkan Helikopter jenis Dauphin juga tak kalah tenang. Beberapa kali ia harus memutar di sekitar lokasi, untuk mendapatkan titik koordinat yang tepat. Selain itu kecepatan dan hembusan angin juga ikut mempengaruhi keterampilan teknis pilot itu.

"Arah angin, kecepatan angin, ketinggian, hingga arah menghadap heli harus tepat. Jika meleset sedikit saja, dikhawatirkan akan berpengaruh pada keseluruhan skenario," kata Angga.

Tiba di atas Exit Tol Gringsing, Rusmadi langsung mengenakan tali pengaman, snapring, dan pintu Heli pun terbuka. Jauh di bawah ada enam orang relawan Basarnas lain bersiap mengevakuasi "korban" yang harus diselamatkan karena terjebak kemacetan parah.

Zulhalwary yang berada di dalam kokpit ikut tegang membidikkan kameranya, sementara Affandi memotret dari bawah. Rusmadi terjun dengan tali. Goyangan tali akibat terpaan angin dari baling-baling helikopter membuat tubuh Rasmadi mengayun kencang.

"Tenang saja, ini angin bagus kok," kata Angga.

Sesaat kemudian, Rasmadi sudah turun dan tiba di bawah. Enam relawan lain segera mengikat korban, menaikkannya ke helikopter. Demikianlah hal itu dilakukan berulang hingga yakin semua lancar.

Mengatasi Ketegangan

sar
Mayor penerbang Angga beraksi menjaga stabilitas helikopter di dalam kokpit. (foto : Liputan6.com / basarnas / edhie prayitno ige)

Kepala Basarnas Jawa Tengah Agus Haryono kepada Liputan6.com menjelaskan bahwa pihaknya memiliki trik khusus agar rasa percaya diri relawan tinggi. Latihan berulang hanyalah salah satunya.

"Dengan mengulang-ulang otomatis ketegangan berangsur reda. Apalagi sebelumnya kami sudah sering menggelar latihan, jadi tahun ini kami sangat siap mengantisipasi segala kemungkinan," kata Agus Haryono.

Wajah sumringah ketika selesai menjalankan misi dari relawan Basarnas. (foto : Liputan6.conm/basarnas/edhie prayitno ige)

Upaya meredam ketegangan itu sangat penting bahkan sekedar untuk menghadapi simulasi resmi.

Senin (19/6/2017) ini, digelar simulasi penyelamatan korban kemacetan di Exit tol Gringsing. Diperkirakan exit tol fungsional ini akan menjadi titik kemacetan baru menggantikan Brexit.

"Meskipun sudah disiapkan rekayasa lalu lintas untuk memecah arus, namun kami semua harus siap. Lebih baik siap dan capek berlatih. Harapan kami tidak ada kejadian luar biasa dan mudik lebaran 2017 lancar," kata Agus.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya