Mencari Jejak Manusia Prasejarah di Maluku

Penelitian mencari jejak manusia prasejarah di pulau yang berbatasan langsung dengan Australia yakni kepulauan Babar dan Tanimbar.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Agu 2017, 19:00 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2017, 19:00 WIB
110508potret_prasejarah.jpg

Liputan6.com, Saumlaki - Balai Arkeologi Ambon menerjunkan tim arkeolog ke sejumlah pulau terluar di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB). Misinya mencari jejak awal migrasi manusia prasejarah dari Asia melalui wilayah tersebut ke Australia.

Saat ini, penelitian terhadap arkeologi di pulau-pulau terluar, teristimewa pulau yang berbatasan langsung dengan Australia, yakni Kepulauan Babar dan Tanimbar.

"Di Babar nanti kita dahulukan sesuai hitungan transportasi yang ada, kemudian jika ada waktu kita lakukan penelitian pada salah satu titik di Tanimbar," kata ketua tim, Marlon Ririmasse, di Saumlaki, ibu kota MTB, Rabu (30/8/2017), dilansir Antara.

Kepulauan Tanimbar termasuk salah satu gugus pulau di selatan Maluku dan merupakan jembatan darat yang menghubungkan antara Kepulauan Kei, Aru, dan Papua dengan Kepulauan Babar, Sermatang hingga Timor dan Nusa Tenggara.

Berbatasan langsung dengan Australia, Kepulauan Tanimbar juga merupakan kawasan tapal batas terluar Nusantara dan juga dikenal dengan ragam pusaka budaya yang kaya.

Kepulauan Babar merupakan gugus pulau terluar di Maluku yang berada dekat dengan Benua Australia. Dari aspek bentang daratan, Babar termasuk salah satu pulau yang dekat dengan Australia dan memiliki nilai strategis secara geografis dan geohistoris.

Penelitian arkeologi di dua gugus pulau itu belum pernah dilakukan, sehingga dipandang penting. Dari segi nilai sejarah budaya, pulau yang berbatasan dengan Australia tersebut memiliki karakter masyarakat yang mirip dengan karakter masyarakat di Kepulauan Tanimbar maupun beberapa wilayah di Maluku Tenggara.

"Yang sudah kita miliki saat ini adalah beberapa data awal, tetapi itu data di Pulau Masela. Jika ditinjau dari segi arkeologi prasejarah, Pulau Babar salah satu titik penting yang mesti ditinjau," kata Marlon.

Sebab, Pulau Babar termasuk salah satu daratan yang paling dekat dengan Australia. Dengan demikian, bisa menjadi salah satu titik yang bisa menjelaskan proses migrasi manusia sejak zaman prasejarah dari Asia ke Australia seperti apa.

Potensi Peninggalan Prasejarah

20150728-Arkeolog Muda Temukan Gigi Manusia Purba Berusia 560.000 Tahun-Prancis 2
Sukarelawan arkeologi saat bekerja di Gua Arago, Tautavel, Prancis (28/7/2015). Seorang sukarelawan arkeologi, Camille (16) menemukan sebuah gigi manusia dewasa berusia 560.000 tahun. (AFP PHOTO/RAYMOND ROIG)

Lingkungan di Pulau Babar memiliki potensi kawasan karst yang tinggi, dan memungkinkan adanya situs-situs gua besar dan berpotensi menyimpan peninggalan-peninggalan purbakala yang menjanjikan serta bernilai prasejarah yang tinggi.

"Sesuai pengamatan lingkungan dari peta, maka fokus kita nanti ke Babar Timur yakni di desa Kroin dan sekitarnya. Kegiatan ini dilaksanakan selama dua minggu yakni sampai nanti minggu kedua bulan September 2017," katanya.

Marlon menambahkan, beberapa waktu lalu pihaknya telah melakukan penelitian di Pulau Masela, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Babar.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Pulau Masela memiliki tiga karakter khas dalam kaitan dengan potensi arkeologis di wilayah tersebut, yakni konstruksi dan distribusi permukiman kuno, jejak penguburan tradisional, dan situs-situs terkait sejarah lokal hingga peninggalan-peninggalan era kolonial Belanda yang masih terlihat dengan jelas.

Selain Marlon, tim peneliti pencari jejak manusia prasejarah itu beranggotakan Lucas Watimewa, Ratno Siahaan, Ericoram Lekatompesy, Karoline Johanes, dan Ketut Udiyasa.

Mereka melaksanakan penelitian tersebut sebagai bagian dari kegiatan rutin atau reguler seperti yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya