Merica Banyumas Mati Massal di Musim Kemarau

Tanaman merica milik petani Banyumas tiba-tiba daunnya menguning di musim kemarau ini.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 15 Sep 2017, 10:00 WIB
Diterbitkan 15 Sep 2017, 10:00 WIB
Merica Banyumas Mati Massal di Musim Kemarau
Tanaman merica milik petani Banyumas tiba-tiba daunnya menguning di musim kemarau ini. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas – Desa Cingebul, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, adalah desa sentra merica. Dari lahan kering seluas 450-an hektar, sebagian di antaranya merupakan lahan merica, baik yang dibudidayakan intensif maupun tanaman sela.

Puluhan petani merica di Desa itu kini kelimpungan karena puluhan ribuan batang tanaman merica usia produktif mereka mati. Tanaman merica tiba-tiba daunnya menguning.

Lantas, daun itu mengering dan ambrol. Beberapa waktu kemudian, batangnya ikut kuning dan mati. Mereka kini menanggung kerugian yang jika diakumulasi bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Ketua Paguyuban Petani Merica Cingebul, Sueib Asyari menuturkan, kematian terjadi pada berbagai rentang usia. Menurutnya, tanaman yang berusia antara 4-8, atau tengah berada di puncak masa produksi, sangat rawan mati. Sementara, usia di bawah itu, antara umur 1-3 tahun justru banyak yang bertahan.

Pada usia puncak produksi, kematian di sebuah hamparan dengan usia yang sama bisa mencapai 60-80 persen. Sementara, pada usia muda, kematian terjadi dengan angka sekira 30-an persen.

"Merica sekarang dalam keadaan petani banyak yang kecewa karena banyak yang mati. Jumlahnya ribuan. Tiap lahan petani pasti banyak yang mati," kata Sueib, Rabu, 13 September 2017.

Sueib menjelaskan, tanaman merica itu mati lantaran kekurangan air akibat dampak kemarau panjang yang terjadi di wilayah ini. Selain itu, petani menduga muncul penyakit akibat jamur yang mulai menyerang pada musim penghujan tahun lalu.

Kebanyakan yang terserang adalah merica usia produktif. Jamur menyebabkan tanaman merica tak resisten menghadapi cuaca panas dan kering.

Menurut dia, tanaman merica usia tua sudah terpapar berbagai jenis organisme penganggu tanaman (OPT) dan penyakit. Adapun merica usia muda relatif lebih tahan lantaran tak banyak OPT pengganggunya sehingga lebih kuat cekaman cuaca.

"Tahun kemarin tidak ada kemarau. Itu banyak yang kena jamur dan penyakitan. Nah, yang sekarang, kena kering, langsung mati," kata Sueib.

Serangan penyakit pada tanaman merica juga menyebabkan produktifitas tanaman merica menurun drastis dibanding tahun lalu. Dari lahan seluas 0,5 hektare, biasanya dihasilkan sekira 350 kilogram biji merica kering. Namun tahun ini, dari lahan seluas itu hanya menghasilkan sekitar 50 kilogram merica.

"Kemudian yang hidup pun buahnya kurang. Contohnya, yang tahun kemarin bisa panen antara tiga kuintal, dua kuintal, satu kuintal, 50 kilogram, 30, 10 kilogram. Sekarang yang biasanya tiga kuintal pun, hanya panen 50 kilogram," dia menerangkan.

Sueib mengungkapkan, hingga saat ini Dinas Pertanian setempat belum turun ke lapangan untuk memastikan penyebab kematian massal tanaman merica. Dia berharap agar dinas terkait segera turun dan menemukan solusi.

"Kapok sih tidak. Tapi kalau mati seperti ini, tahun depan banyak yang tidak mau lagi menanam merica. Soalnya kan berbuahnya saja lama. Umur tiga tahun baru pertama berbuah. Tahun depan lahan merica pasti berkurang banyak," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya