Kado untuk Gunung Slamet di Hari Pohon Sedunia

Di Lereng Gunung Slamet, hilangnya ratusan mata air menjadi isu yang menyita perhatian akhir-akhir ini

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 21 Nov 2017, 17:01 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 17:01 WIB
Landscape Lereng Gunung Slamet Selatan di utara Cilongok Kabupaten Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Landscape Lereng Gunung Slamet Selatan di utara Cilongok Kabupaten Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Ratusan relawan menyusuri jalur pipa air Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) bertekanan tinggi Ketenger, Baturraden, Banyumas. Sembari berjalan, para relawan memungut sampah-sampah non organik, semacam plastik yang tercecer di sepanjang jalur.

Di tangan-tangan mereka, tampak bibit pohon yang akan ditanam di Lereng Selatan Gunung Slamet, tepatnya di hutan Pemangkuan Desa Melung Kecamatan Kadungbanteng.

Selama tiga hari, relawan dari berbagai komunitas itu menggelar berbagai kegiatan untuk memperingati hari pohon sedunia. Kegiatan tersebut antara lain bersih kota dan gerakan menanam pohon.

Di lereng Gunung Slamet, hilangnya ratusan mata air menjadi isu yang menyita perhatian akhir-akhir ini. Data Komunitas pemerhati alam, Kompleet Purwokerto menyebut, ada sekitar 700 mata air yang musnah di 30-an tahun terakhir.

Penanaman bibit pohon itu, adalah bagian dari gerakan menjaga sumber air di hutan, menjaga daerah lereng selatan Gunung Slamet sebagai daerah tangkapan air, mencegah bahaya Pengurangan Resiko Bencana, seperti longsor dan banjir bandang.

“Tujuan kegiatan penanaman pohon ini jelas, adalah salah satu upaya sebagai tempat habitat hewan atau burung di lereng selatan Gunung Slamet,” ucap Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Banyumas, Heriana Ady Chandra, Selasa, 21 November 2017.

"Upaya kecil ini sebenarnya sebagai wujud dari partisipasi relawan guna menjaga kelestarian Gunung Slamet khususnya bagian selatan." 

Gerakan Bersih Lingkungan

Anak-anak SD di Lereng Gunung Slamet menanam pohon sebagai tabungan pendidikan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Anak-anak SD di Lereng Gunung Slamet menanam pohon sebagai tabungan pendidikan. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Berbagai lembaga terlibat dalam kegiatan ini. Antara lain, STT Telkom Purwokerto, Pemerintah Desa Melung, Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa Melung, Tagana, BPBD, Pramuka, SAKA Saka Wanabakti, Kamandaka DKR Kedungbanteng.

Selain itu, ada pula relawan dari Tresna Jakarta Rescue, PMI Kabupaten Banyumas, SAR Banyumas, Raden Pala, Mahasiswa STTELKOM Purwokerto, pelajar SMA dan SMK Banyumas, serta Komunitas Pecinta Lingkungan.

Keterlibatan ratusan relawan dari berbagai komunitas adalah bagian dari kampanye cinta lingkungan. Chandra meyakini, jika gerakan menanam dan merawat pohon itu dilakukan oleh seluruh elemen, maka bumi akan lestari.

“Pasti anak cucu kita akan menikmati hasil yang baik,” ucap Adi, yakin.

Peringatan Hari Pohon Sedunia juga diisi dengan gerakan membersihkan lingkungan oleh seluruh dinas dan lembaga yang ada di Kota Purwokerto. Para pegawai di di lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Banyumas, bahu membahu membersihkan selokan, rumput, got, hingga semak di sekitar kantor.

Aksi bersih-bersih serentak itu juga bertujuan untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat dan lingkungan bersih. Lingkungan bersih diyakini berkorelasi dengan kesehatan masyarakat.

“Bersih lingkungan ini dilakukan serentak oleh Dinas Instansi/SKPD dan OPD di lingkungan Kabupaten Banyumas,” kata Sekretaris Dinsospermasdes Kabupaten Banyumas, Kamijo.

 

Mencintai Pohon dengan Sederhana

Ratusan relawan menanam pohon di Hutan Pemangkuan Melung, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ratusan relawan menanam pohon di Hutan Pemangkuan Melung, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Diketahui, Hari Peringatan Pohon Sedunia diperingati setiap 21 November 2017. Tanggal ini dipilih untuk menghormati jasa-jasa J. Sterling Morton pada 1872, seorang pecinta alam dari Amerika. Ia adalah seorang pecinta lingkungan yang amat gigih mengkampanyekan gerakan menanam pohon.

Waktu itu, alasannya amat sederhana, pohon untuk berteduh, pemecah angin, dan menjaga suhu. Gagasan Morton itu lantas diamini masyarakat Amerika yang kemudian memunculkan gerakan menanam dan merawat pohon. Ini lah muasal hari pohon sedunia.

Sejalan dengan meningkatnya ilmu pengetahuan, ternyata fungsi pohon amat vital. Lewat proses fotosentisesis, pohon-pohon menyerap Co2 dan menguranggi emisi gas. Pohon adalah penyuplai oksigen untuk kehidupan muka bumi.

Di berbagai daerah rawan bencana, terutama longsor dan banjir bandang, pohon adalah benteng terkuat. Akar pohon memaku tanah agar tak mudah longsor. Pepohonan laksana spon yang mampu menyerap air dan memastikan besaran resapan. Sebab itu, sistim pengurangan risiko bencana mulai mengadopsi gerakan menanam dan merawat pohon.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya