Liputan6.com, Denpasar - Sebuah start up atau perusahaan rintisan asal Bali, saat ini mengembangkan produk sepeda berbahan dasar bambu. Meski berbahan dasar bambu, sepeda itu diklaim mampu bertahan dalam waktu lama.
"Sejak dilakukan masa uji coba empat tahun yang lalu, hingga kini sepeda tersebut masih mampu bertahan tanpa ada masalah yang cukup berarti," ujar I Putu Agus Swastika selaku marketing dan sekaligus co-founder Powerthrone dan Creativepreneur Circle Club C3, perusahaan pengembang sepeda bambu.
Putu Agus menyebutkan ada dua produk sepeda yang ditawarkan, yakni sepeda listrik dan sepeda konvensional. Harga jual sepeda konvensional adalah Rp 8 juta dan bisa dipesan hanya rangkanya saja seharga Rp 4,5 juta.
Advertisement
"Kalau isi listriknya Rp 16 juta," ujarnya kepada Liputan6.com, Jumat, 1 Desember 2017.
Baca Juga
Agus menjelaskan, ide awal penciptaan sepeda bambu berasal dari ketersediaan bambu yang melimpah di Bali. Di samping itu, bambu juga bisa merepresentasikan kampanye ramah lingkungan. Hampir 100 persen rangka sepeda menggunakan bambu.
"Untuk bambunya sendiri, kita pakai bambu jenis Ampel karena ini yang paling pas dan cocok," kata Putu Agus.
Agus mengatakan, sepeda listrik produksinya mampu menempuh jarak hingga 250 kilometer. Peminatnya kebanyakan berasal dari kawasan Amerika.
"Namun sebenarnya bukan itu yang menjadi harapan kami. Kami sebenarnya mengharapkan masyarakat Indonesia juga mampu mencintai produksi lokal," katanya.
Meski demikian, pria yang juga berprofesi sebagai dosen tersebut optimistis produknya bisa diterima di Indonesia.
Kembangkan Printer 3D
Selain sepeda bambu, Putu Agus melalui start up Powerthorene juga mengembangkan sebuah printer tiga dimensi yang mampu memvisualisasikan desain ke dalam bentuk tiga dimensi. Printer yang dinamakan Powerthrone–Bali 3D Printer dengan dimensi 40x40x40 cm tersebut dibandrol seharga Rp 6,5 juta.
"Ini adalah upaya kita untuk mempermudah desainer untuk memvisualisasikan karya ke dalam bentuk tiga dimensi, terlebih di kalangan pendidikan," ucapnya.
Ditemui dalam acara Dtik Festival, pria berdarah Singaraja tersebut menambahkan, printer tiga dimensi tersebut baru dipasarkan di dalam negeri saja.
Ia juga berencana memasukkan printer rancangannya ke dalam program hibah yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
"Guna mendapatkan dana pengembangan dengan estimasi kita buat dimensi lebih kecil. Masyarakat cukup mengeluarkan uang Rp 3 juta saja," ujarnya.
Printer yang sudah dipesan lima unit pada hari pertama event tersebut diklaim ramah lingkungan dan mampu membuat berbagai kebutuhan manusia.
"Jika di luar negeri, rumah manusia itu sudah bisa dicetak dengan mesin, dan di Indonesia ke depan bukan sebuah hal yang mustahil untuk mewujudkan hal tersebut," ia mengungkapkan sembari menunjukkan beberapa contoh hasil dari hasil cetak 3D.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement