Liputan6.com, Cilacap - Hujan lebat yang terjadi tiga hari berturut-turut menyebabkan banjir di 11 desa di empat kecamatan wilayah Cilacap, Jawa Tengah, Rabu (20/12/2017).
Empat kecamatan tersebut yakni Kecamatan Sidareja, Kedungreja, Gandrungmangu, dan Wanareja. Banjir itu mengakibatkan sedikitnya 157 warga mengungsi.
Salah satu daerah paling parah terendam adalah Dusun Cibenon Desa Sidareja Kecamatan Sidareja, Cilacap. Di wilayah ini, ketinggian banjir mencapai 1,8 meter. Itu terjadi di pekarangan warga yang berbatasan langsung dengan Sungai Cibeureum.
Advertisement
Baca Juga
Adapun di dalam rumah warga, air merendam sekitar 60 sentimeter sampai dengan 1,2 meter. Warga pun mengungsi ke gedung Koramil Sidareja. Tercatat di Koramil Sidareja, sudah 55 jiwa yang mengungsi.
Secara keseluruhan, banjir menyebabkan 157 orang mengungsi. Selain 55 pengungsi di Koramil Sidareja, sebagian lainnya, yakni 37 jiwa ditampung di Aula Kecamatan Sidareja, sedangkan sisanya berada di Panti Asuhan Kasih Sepanjang Masa dan Balai RT Desa Sidareja.
Seorang warga Gunungreja RT 03 RW 1 Kecamatan Sidareja, Sugeng (48) mengatakan, air mulai merendam pekarangan warga sejak Selasa siang, 19 Desember 2017. Lantas, rendaman banjir terus bertambah tinggi sore hari, saat hujan lebat kembali turun.
Selasa sore, sekitar pukul 17.00 WIB, air mulai masuk ke rumah warga. Akhirnya, warga mengungsi ke Aula Kecamatan mulai pukul 19.30 WIB.
Tonton video menarik di bawah ini:
Kelompok Rentan Pengungsian
Saat ini, jumlah pengungsi keseluruhan di aula kecamatan sebanyak 37 warga terdiri dari 14 keluarga. Di antara pengungsi terdapat kelompok rentan, terdiri dari dua orang lanjut usia dan 10 balita.
Ia khawatir hujan lebat yang kembali terjadi pada Rabu siang menyebabkan rendaman bertambah tinggi. Pasalnya, banjir yang terjadi di Sidareja terjadi lantaran meluapnya sejumlah sungai yang menampung kiriman air dari daerah hulu.
Jika terjadi hujan lebat di hulu, dipastikan rendaman bakal bertambah tinggi. "Ini semalam sudah mulai mengungsi. Kemungkinan rendaman bertambah tinggi kalau hujan lebat," ucap Sugeng.
Seorang pengungsi di Aula Kecamatan Sidareja, Ijah (53)mengaku sudah menduga banjir akan merendam rumahnya. Sebab itu, ia mulai mengevakuasi barang ke rak penyimpanan. Benar saja, sore hari, air bertambah tinggi.
Keluarganya mulai mengungsi sejak pukul 21.00 WIB ketika air sudah mencapai ketinggian sepaha orang dewasa atau sekitar 80 sentimeter di dalam rumah. Sementara, di luar rumah, rendaman mencapai ketinggian 120-140 sentimeter.
Ijah mengungsi bersama anak dan cucunya yang baru berusia 8 bulan. Ia meminta agar anak kecil diberi ruangan khusus yang tertutup karena cucunya sakit lantaran sudah semalam menginap di ruang aula yang terbuka.
Advertisement
Pengungsian Terjadi Sejak September 2017
Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Sidareja, IF Subekti menjelaskan, sementara ini, banjir tercatat merendam 11 desa yang meliputi empat kecamatan.
Ke-11 desa itu yakni, Gunungreja, Sidareja, Sidamulya, Sudagaran, Tegalsari, Tinggarjaya, Margasari di Kecamatan Sidareja. Selanjutnya, Desa Bangunreja dan Ciklapa, Kecamatan Kedungreja, serta Desa Bantarsari dan Kertajaya, Kecamatan Gandrungmangu. Selain itu, dilaporkan banjir mulai merendam Desa Tarisi Kecamatan Wanareja.
Kepala Desa Sidareja Kecamatan Sidareja, Budi Teguh Budi Suhartono mengatakan, sejak musim hujan September lalu, Sidareja sudah berulangkali terendam. Namun, tak seluruhnya banjir besar. Ia menyebut, yang sampai menyebabkan pengungsian adalah empat kali.
Dari empat kali banjir, banjir kali ini adalah yang terparah. Pasalnya, jumlah pengungsi sudah mencapai 157 orang. Padahal, masih ada kemungkinan banjir bertambah tinggi karena siang ini Sidareja diguyur hujan deras lagi.
Jika wilayah hulu hujan lebat, dipastikan rendaman Sidareja akan bertambah tinggi. Selain menyebabkan pengungsian, ia menyebut aktivitas warga juga amat terganggu. Sejumlah sekolah diliburkan. Selain itu, pasar juga sepi pembeli.
Pasar Nyaris Lumpuh
Banjir yang merendam 11 desa tiga kecamatan wilayah Cilacap berimbas pada aktivitas perdagangan di pasar tradisional. Pasar Karna di Kecamatan Sidareja nyaris lumpuh.
Pasalnya, air menggenang sebagian area pasar dan menutup pintu depan dan belakang pasar sekaligus. Pembeli pun enggan masuk ke dalam pasar. Mereka memilih berbelanja di daerah yang tak terdampak banjir.
Seorang pedagang Pasar Karna, Ahmad Hasyim menuturkan ratusan pedagang di pasar ini mengalami penurunan omzet yang sangat signifikan. Sebab, jarang pembeli yang mau masuk ke pasar.
Dia menduga, pembelinya yang kebanyakan ibu rumah tangga dan pedagang sayur keliling lebih memilih berbelanja di pinggir daerah yang tak terendam banjir atau pinggir jalan Sidareja, meski harganya lebih mahal dibanding harga di dalam pasar.
Dalam sehari, biasanya omzetnya mencapai Rp 300-500 ribu. Namun, sejak Rabu pagi, ia baru memperoleh sekitar Rp 50 ribu.
“Sekarang buat usaha (berdagang) sulit. Sepi lah, perbedaannya jauh. Banjir ya makin sepi. Pasarnya juga sepi,” tuturnya.
Advertisement