Ayah di-PHK, Bayi 9 Bulan Kena Gizi Buruk

Bayi berusia 9 bulan yang terkena gizi buruk itu mengalami diare akut dan disentri setelah sang ayah di-PHK.

oleh Batamnews.co.id diperbarui 25 Jan 2018, 11:33 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2018, 11:33 WIB
Ayah Asyik Main Gawai, Bayinya Tersedak Susu hingga Meninggal
Ilustrasi Bayi Menyusu (worldofbuzz.com)

Batam - Seorang bayi perempuan dengan inisial VAK (9 bulan) divonis menderita gizi buruk. Ia kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Embung Fatimah Kota Batam di Batuaji.

"Sekarang masih dirawat di RSUD Embung Fatimah, benar-benar gizi buruk," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, Tjetjep Yudiana, usai meninjau RSUD Embung Fatimah, Rabu, 24 Januari 2018.

Tjetjep mengatakan bayi itu mengalami kondisi gizi buruk karena asupan ASI ibu yang buruk. "Ibunya makan tidak mencukupi dan itu memengaruhi kualitas ASI," kata dia.

Kekurangan asupan makanan sang ibu, menurut Tjetjep, disebabkan kondisi ekonomi keluarga. Ayah bayi gizi buruk itu diketahui baru saja mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Bayi VAK diketahui tidak memiliki penyakit bawaan lahir. Namun, tim medis menyatakan sang bayi menderita diare akut dan disentri. Setelah dirawat di RSUD Embung Fatimah, kondisinya sudah membaik.

"Jadi murni karena kondisi ekonomi, selama 6 bulan seharusnya bayi full ASI, baru setelah itu diberikan makanan pendamping ASI," katanya.

Baca berita menarik lainnya dari  Batamnews.co.id.  

Peringkat ke-6 Terbaik

Ilustrasi bayi
Ilustrasi (iStock)

Hingga saat ini, Dinkes Kepri baru menemukan satu gizi buruk karena kekurangan asupan gizi. Namun, Tjetjep tidak menutup kemungkinan ada bayi yang menderita sama dengan VAK.

"Kemungkinan itu ada. Tapi, untuk gizi, Kepri ini peringkat 6 terbaik di Indonesia. Masyarakat kita tidak kekurangan gizi, karena banyak nelayan, tidak pernah kelaparan," kata dia.

Meski begitu, Tjetjep mengakui terdapat anak dengan gizi kurang, belum sampai pada gizi buruk. Yang ditangani saat ini umumnya bayi-bayi yang dirawat karena penyakit bawaan sejak lahir, bukan karena benar-benar kekurangan gizi.

"Seperti penyakit TB, bayi harus minum obat rutin, asupan makanan pasti terganggu. Kemudian penyakit malaria, saraf, dan penyakit lainnya," kata Tjetjep.

Untuk kekurangan gizi ini, Tjetjep sangat menyesalkan masyarakat yang tidak mengetahui program pemerintah untuk mencegah gizi buruk, yakni program pemberian makanan tambahan bagi ibu yang menyusui.

"Juga kalau dijumpai bayi yang mengalami kekurangan gizi, langsung saja bawa ke puskesmas, pasti akan ditangani," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya