Surabaya - Kasus pencurian soal Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Surabaya menyeret nama Kepala SMP 54 Surabaya, Keny Ervianti. Sosok perempuan yang kini dicari-cari penyidik Satreskrim Polrestabes Surabaya itu dikenal keras dan kerap berbicara kasar kepada anak buahnya.
Salah satunya diungkapkan oleh Mulyani, Kepala Bagian Tata Usaha (KTU) SMPN 54 Surabaya. Ia mengungkapkan atasannya itu sering mengucapkan kata tidak pantas jika staf atau guru tidak ada di tempat.
Advertisement
"Dia itu (Keny, Red) suka marah-marah kalau ada guru yang sakit atau sedang ada keperluan lain saat mendesak. Waktu itu saya pernah izin buat ngantar guru yang lagi sakit, eh malah saya diolok-olok dan disuruh buat surat pernyataan," ujar Mulyani, Kamis, 3 Mei 2018.
Advertisement
Selama Keny menjabat sebagai Kepala SMPN 54 Surabaya sejak 25 September 2017 lalu, ia sering kali membuat guru dan karyawan merasa terancam. Misalnya saja, Keny kerap memarahi petugas kebersihan bila terlihat sedang beristirahat sejenak.
Baca Juga
Hal itu juga diterangkan oleh salah satu petugas kebersihan sekolah yang tidak ingin namanya disebutkan. Petugas kebersihan tersebut mengatakan, saat dimarahi, ia pernah dilempar dengan tumpukan buku laporan. Namun, ia tidak melawan, hanya bisa berdiam diri.
"Waktu itu kita bertiga dimarahi sama Bu Keny, lalu dilempar buku setebal buku kamus bahasa gitu. Tapi ya gimana lagi, emang orangnya seperti itu," ujar petugas kebersihan tersebut saat di ditemui Radar Surabaya (Jawa Pos Group) di SMPN 54 Surabaya.
Sementara, salah satu petugas keamanan yang juga tidak ingin disebutkan namanya membandingkan Keny dengan kepala sekolah yang lama jauh berbeda.
"Dulu itu enak kepala sekolahnya, tapi sekarang sejak ada Bu Keny kami sering kali dapat kata-kata yang tidak mengenakkan," ujar petugas keamanan tersebut.
Dari data yang dihimpun, sebelum menjabat sebagai Kepala SMPN 54 Surabaya, Keny pernah menjabat sebagai guru di SMPN 37 dan SMPN 41 Surabaya. Setelah menyelesaikan studi S-2-nya, ia direkomendasikan sebagai kepala sekolah pada akhir September 2017 lalu.
Baca berita menarik JawaPos.com lainnya di sini.
Disalurkan ke Bimbel?
Sebelumnya, Kanit Tindak Pidana Ekonomi (Pidek) Satreskrim Polrestabes Surabaya AKP Dimas mengatakan, selain fokus mencari keberadaan Keny, penyidik juga sibuk mengumpulkan bukti-bukti tambahan. Setelah mendatangi SMPN 54 Surabaya, polisi mengamankan barang bukti (BB) dalam kasus ini.
"Kami datang untuk menyita satu set komputer yang digunakan oleh peserta ujian. Kami baru melakukannya lantaran tiga hari sebelumnya komputer tersebut masih dipakai ujian," ungkapnya.
Selain menyita komputer, pihaknya juga mencoba menelusuri bukti-bukti lain di ruang laboratorium IPA. Namun, target yang dicari polisi tak ditemukan. "Kami mencari IP address yang digunakan tersangka untuk membobol server tersebut. Hanya saja, bukti tersebut belum kami temukan," imbuhnya.
Menghilangnya Keny semakin menguatkan dugaan bahwa perempuan itu terlibat dalam kasus pembobolan server komputer soal-soal UNBK. Nama Keny disebut-sebut sebagai otak pembobolan oleh dua tersangka, Imam dan Teguh, yang tidak lain adalah pekerja tidak tetap di sekolah tersebut.
Atas perintah Keny, Teguh berperan memberikan IP address komputer UNBK milik siswa. Sementara, Imam bertugas meretas soal UNBK itu dari komputer siswa ke komputer miliknya yang letakkan di ruang Lab IPA.
Setelah itu, Imam kemudian memotret layar komputer miliknya yang berisi soal UNBK. Hasil jepretannya itu kemudian dikirim melalui aplikasi pesan WhatsApps ke sejumlah nomor yang mengelola Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) bernama ESC (Excellent Study Club) di Jalan Jolotundo, Tambaksari Surabaya. Belakangan, diketahui jika LBB tersebut adalah milik Keny sendiri.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement