Kue Kering Corak Batik Batanghari, Bagaimana Rasanya?

Batik Batanghari memiliki nilai khas tersendiri dan bisa digunakan motifnya untuk daya tarik di kue kering.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jul 2018, 20:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2018, 20:00 WIB
Ilustrasi Kue Kering
Ilustrasi Kue Kering

Liputan6.com, Jambi - Seorang wirausaha muda asal Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi mengembangkan produk kue kering bergambar batik khas setempat. Inovasi ini sebagai daya tarik bagi konsumen sekaligus kolaborasi kuliner dengan seni budaya setempat.

"Awalnya saya memproduksi kue basah, namun kemudian ada ide untuk membuat kue kering dengan ide gambar batik Batanghari," kata Ade Darma di Batanghari, Sabtu 28 Juli 2018, dilansir Antara.

Batik Batanghari memiliki nilai khas tersendiri dan bisa digunakan motifnya untuk daya tarik di kue kering produknya. Awalnya mencoba, tetapi mendapat respon positif dari pasar.

Dengan kemampuannya melakukan olah bahan makanan, akhirnya Ade bisa membuat produk itu. Kue kering yang dilabeli merek "Cootiq" tersebut dibuat dalam bentuk bulat kemudian dimasukan ke dalam stoples plastik mini.

"Pemasaran awalnya hanya di sekitar Muarabulian Kabupaten Batanghari, namun kini sudah mulai diperluas ke wilayah Kota Jambi," kata Ade.

Dibantu istrinya, ia menekuni usahanya di kawasan Pasar Baru di Muarabulian Kabupaten Batanghari. Selain itu, ia juga menerima pesanan secara online dan telepon untuk produknya.

Pengolahan kue keringnya, kata Ade, melalui langkah biasa untuk pembuatan kue kering, namun pembedanya ia memberikan sentuhan gambar batik Batanghari pada bagian atas atau toping kue itu yang dimatangkan dengan cara dioven itu.

Kemudian kue ukuran bulat-bulat berbatik Batanghari itu kemudian dimasukan ke dalam toples plastik transparan berdiameter tujuh centimeter. Ia juga memasang merek "Cootiq".

"Kemasannya masih sederhana, kami kesulitan mengembangkan kemasan. Kami sudah mendatangi Rumah Kemasan Batanghari, namun mereka tidak punya buku panduannya. Kami sangat berharap ada bantuan sentuhan di kemasan ini," kata Ade.

Ia mengaku masih kesulitan untuk menambah karyawan karena untuk membuat kue ini dibutuhkan keahlian dan ketekunan. Selain itu, dari sisi upah juga masih menjadi kendala sehingga ia tekuni usaha itu berdua dengan istrinya.

"Untuk kue kering ini, kami akan memberdayakan ibu-ibu PKK di daerah ini, sehinga memberikan manfaat bagi mereka untuk memiliki kemampuan membuat kue kering khas ini dan juga menambah penghasilan keluarga," kata Ade yang termasuk entrepreneur muda potensial di daerah itu.

Sebagai pelaku usaha muda, ia juga mengikut perkembangan dengan menjaga jejaring dengan komunitas dan juga segmen pasarnya di daerah. Namun langkahnya untuk mendorong pemberdayaan bagi ibu rumah tangga diharapkan bisa menjadi salah satu hal yang positif untuk peningkatan ekonomi keluarga.

"Bukan karena kami tak bisa menangani pesanan, namun diharapkan bisa sharing dengan ibu-ibu rumah tangga, anggota PKK dan lainnya tentang kegiatan usaha ini," kata Ade.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya