Potret Menggembirakan, Keluarga Harimau Sumatera Bercengkerama di Hutan

Pasangan Harimau Sumatera dan empat anak kecilnya sedang asyik bermain di tengah hutan Riau bersama induknya.

oleh M Syukur diperbarui 29 Jul 2018, 17:00 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2018, 17:00 WIB
Harimau Sumatera
Keluarga Harimau Sumatera sedang bercengkerama di hutan (Liputan6.com / M.Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kemunculan Harimau Sumatera di beberapa kabupaten di Riau mencuri perhatian banyak kalangan dalam beberapa tahun belakangan. Hal ini menjadi bukti bahwa Datuk Belang itu masih bertahan di tengah pembangunan perkebunan dan hutan tanaman industri yang masif di Riau sejak tahun 90-an.

Di satu sisi, kemunculannya juga menjadi bukti bahwa habitatnya terganggu karena menampakkan belangnya di kebun sawit, bahkan masuk ke pemukiman warga. Kabupaten Indragiri Hilir menjadi salah satu contoh dengan kemunculan Bonita.

Si belang betina ini bahkan sempat menerkam dua warga dan membuat ketar ketir karyawan perusahaan yang beraktivitas di kebun. Warga pun menjadi takut berpapasan karena selalu dikejar.

Konflik ini diselesaikan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, kepolisian, TNI dan kelompok pecinta satwa liar, meski akhirnya Bonita terusir dari hutannya. Dia dievakuasi ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya, Provinsi Jambi.

Selain Bonita, diduga masih ada beberapa ekor harimau yang mendiami hutan di Riau. Termasuk Rima dan Uma yang saat ini masih mendiami salah satu hutan lebat di Riau. Hal ini dapat dilihat dari video yang dirilis oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta World Wide Fund for Nature atau WWF.

Lokasi Rima dan Uma sengaja dirahasiakan karena ditakutkan menjadi korban perburuan liar. Apalagi di Bumi Lancang Kuning ini masih banyak perburuan liar, baik yang sudah ditangkap ataupun masih berkeliaran.

Dalam video itu, Rima dan Uma terekam sedang bercengkerama mesra. Keduanya berlarian di tengah lebatnya hutan, meski sesekali melirik kamera pengintai yang terpasang di pohon.

Perkawinan Rima dan Uma ini membuahkan hasil. Ada empat anak harimau yang kemudian lahir. Semua anak ini selalu mengikuti langkah induknya menyisir lebatnya hutan untuk mencari mangsa.

Empat ekor anak yang belum diketahui jenis kelaminnya ini terkadang juga bermain layaknya saudara tua dengan muda. Keempatnya berlari kegirangan dan terkadang berjalan layaknya orang berbaris.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, keberadaan Rima dan Uma serta empat ekor anaknya menjadi kabar baik dalam usaha pemerintah menjaga perkembangan harimau di alam liar.

"Ada perkembangan baik," katanya, Minggu (29/7/2018) siang.

Dia menyebutkan, BBKSDA Riau punya target meningkatkan populasi harimau hingga 10 persen. Apalagi harimau termasuk di antara 25 satwa yang terancam punah.

Menurut Suharyono, ancaman paling utama keberadaan harimau adalah perdagangan ilegal dari hasil perburuan liar. Rantai perdagangan yang panjang, dari sumber sampai kepada tujuan akhir, terkadang sulit diurai.

"Namun demikian hukum harus ditegakkan, kejahatan terhadap satwa liar harus dihentikan. Inisiatif-inisiatif yang bertujuan mengubah perilaku dibutuhkan untuk mengurangi permintaan terhadap bagian-bagian tubuh harimau dan produk-produknya harus ditiadakan," terangnya.

Suharyono menyebutkan, kunci utama keberhasilan menaikan populasi harimau adalah kerjasama antara pemerintah, begitu juga dengan WWF serta masyarakat lokal. Pemerintah harus memastikan bahwa masyarakatlah penerima manfaat adanya konservasi harimau.

"Publik harus didorong agar dapat memilih dan membeli produk-produk yang tidak berasal dari pengrusakan habitat harimau," tegas Suharyono.

 

Peran Penting Harimau

Harimau Sumatera
Anak-anak harimau terekam kamera

Sementara menurut Ketua Tigers Alive, Michael Baltzer, harimau merupakan predator utama pada rantai makanan. Harimau di alam berperan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem yang mendukung kelangsungan hidup spesies lainnya danjuga untuk manusia.

Namun, harimau berstatus kritis. Saat ini, hanya tersisa 3900 individu harimau liar di dunia, dan hanya bisa ditemukan sekitar lima persen dari jangkauan mereka, jika dibandingkan dengan seabad lalu.

"Video ini adalah bukti yang mengagumkan dan membuktikan bahwa harimau berkembang biak seperti kucing jika saja mereka memiliki habitat yang terlindungi, memiliki cukup mangsa dan tidak diburu," katanya.

Terpisah, Direktur Sumatera dan Wildlife WWF-Indonesia, Suhandri mengatakan, adanya video ini membuktikan Harimau Sumatera yang sehat ini dapat berkembang biak dengan baik di Sumatera tengah (Riau).

"Hal ini juga menunjukkan komitmen yang kuat dari Pemerintah Indonesia serta dukungan dari mitra komunitas dan pemerintah lokal maupun komunitas internasional untuk menyelamatkan harimau dan habitatnya," terangnya.

"Pemulihan populasi harimau adalah kunci untuk manusia agar dapat hidup dengan ketersediaan sumber daya alam," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya