Liputan6.com, Beijing - Sebuah kebun binatang di Provinsi Sichuan, Tiongkok, memicu kontroversi setelah menjual urine harimau Siberia dengan klaim dapat mengobati penyakit seperti rematik, keseleo, dan nyeri otot. Produk dari di Kebun Binatang Yaan Bifengxia Wildlife Zoo tersebut dijual dengan harga 50 yuan (sekitar Rp115 ribu) per botol berisi 250 gram.
Urine harimau ini diklaim memiliki "efek terapi yang baik" dan direkomendasikan untuk dicampur dengan anggur putih, lalu diaplikasikan ke area yang sakit menggunakan irisan jahe. Kebun binatang tersebut bahkan menyebut urine harimau juga dapat dikonsumsi secara oral, meskipun memperingatkan untuk menghentikan penggunaan jika terjadi reaksi alergi.
Baca Juga
Dikutip dari laman SCMP, Selasa (28/1/2025), salah satu staf kebun binatang mengungkapkan bahwa urine harimau dikumpulkan dari wadah yang diletakkan di area harimau. Namun, tidak ada informasi apakah urine tersebut telah didisinfeksi sebelum dijual. Staf kebun binatang menyebut penjualan urine harimau tidak begitu tinggi, dengan rata-rata hanya dua botol terjual per hari.
Advertisement
Kontroversi ini semakin memanas setelah informasi tersebut viral di media sosial Tiongkok, dengan lebih dari 35 juta orang membicarakannya. Beberapa pengunjung kebun binatang mengaku membeli urine harimau untuk mencoba manfaatnya.
Seorang pembeli mengungkapkan, "Saya membelikan untuk ayah saya karena penasaran, tetapi tidak ada efek yang terlihat, jadi akhirnya hanya dibiarkan begitu saja."
Namun, sejumlah warganet menyuarakan keprihatinan mereka.
Salah satu komentar berbunyi, "Apakah urine tersebut tidak menyebarkan bakteri? Rasanya menjijikkan hanya dengan membayangkannya."
Tidak Terbukti Secara Ilmiah
Seorang apoteker anonim dari Rumah Sakit Pengobatan Tradisional Tiongkok Provinsi Hubei menegaskan bahwa urine harimau bukan bagian dari pengobatan tradisional Tiongkok dan tidak memiliki bukti ilmiah terkait manfaat medisnya.
"Memperbesar klaim manfaatnya tanpa bukti hanya merusak citra pengobatan tradisional Tiongkok dan membahayakan upaya konservasi harimau," ujar apoteker tersebut.
Seorang praktisi pengobatan tradisional lainnya mempertanyakan kelayakan kebun binatang dalam menjual produk yang diklaim memiliki manfaat medis. Ia menekankan bahwa semua obat harus mendapat persetujuan dari regulator pemerintah sebelum dipasarkan.
Harimau merupakan spesies yang terancam punah di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok melarang penggunaan bagian tubuh harimau, seperti tulang, untuk pengobatan sejak bertahun-tahun lalu. Pelanggaran terhadap aturan ini, termasuk perburuan harimau, dapat dikenai hukuman hingga 10 tahun penjara dan denda besar.
Simbolisme harimau sebagai lambang keberanian dan kekuatan dalam budaya tradisional Tiongkok sering dimanfaatkan untuk mendukung klaim medis, meskipun secara ilmiah tidak terbukti.
Advertisement