Miris, Tiap Tahun Perokok Anak di Indonesia Terus Bertambah

Pertemuan itu digagas untuk semakin mengintensifkan pengendalian tembakau di dunia.

oleh Dewi Divianta diperbarui 14 Sep 2018, 07:02 WIB
Diterbitkan 14 Sep 2018, 07:02 WIB
pertemuan anti-tembakau
The 12th Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT12th) di Nusa Dua, Bali (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Liputan6.com, Denpasar - Fakta mencengangkan terungkap pada pertemuan The 12th Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT12th). Pada pertemuan yang digelar di Nusa Dua itu, terungkap jika jumlah perokok anak setiap tahunnya terus mengalami peningkatan drastis.

Chairperson of APACT12th Indonesia, Arifin Panigoro menuturkan, pertemuan ini amat penting untuk pengendalian tembakau di dunia, khususnya di Indonesia.

Dari data yang dimiliki APACT ada sebanyak 3 miliar orang yang merupakan pecandu tembakau di seluruh dunia. Ironisnya, jumlah terbesar pecandu rokok berada di negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Karena itulah pertemuan ini amat penting untuk mengendalikan penggunaan tembakau. Di dunia, ada tiga miliar perokok dan jumlah terbesar ada di negara berkembang," ujar Arifin Panigoro di Hotel Hilton Nusa Dua, Kamis (13/9/2018).

Di Indonesia sendiri, Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan, terjadi lonjakan tajam perokok usia produktif. Tahun ini jumlah mereka meningkat dua kali lipat atau sebesar 50,5 persen dibanding tahun 2016 lalu.

Upaya pengendalian terus dilakukan. Namun, jumlah mereka juga semakin berkembang. Salah satu yang digencarkan untuk menekan laju perokok pemula dengan memberlakukan ruang bebas asap rokok atau Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

"Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sudah diberlakukan oleh sebagian besar kota-kota di Indonesia sepeti Jakarta, Bogor, Kulonprogo, dan lainnya. Jumlahnya sebanyak 309 dari 514 kota di seluruh Indonesia," papar Nila.

Upaya lainnya adalah melakukan pelarangan terhadap pemasangan iklan rokok di ruang-ruang publik. Upaya ini dilakukan karena salah satu penyebab seseorang memulai untuk merokok lantaran melihat iklan rokok yang banyak terpasang di ruang publik.

Nila ingin anak-anak Indonesia sehat tanpa terpapar asap rokok. Sebab, Indonesia mendapatkan bonus demografi yang harus dikelola dengan baik agar bergerak ke arah positif. Bonus demografi itu bisa berubah menjadi bencana ketika anak-anak Indonesia sudah terpapar apalagi kecanduan rokok.

"Kita harus fokus pada anak-anak kita. Semua pihak dan kita berharap anak muda dapat bergerak untuk menyuarakan hal ini," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya