Gitar Anti-Golput di Yogyakarta

Ratusan seniman muda berpartisipasi dalam acara rembug seniman muda bertajuk Menyambut Pesta Demokrasi dengan Riang Gembira.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Mar 2019, 19:01 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2019, 19:01 WIB
Menyambut Pesta Demokrasi dengan Riang Gembira
Foto: Switzy Sabandar/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Yogyakarta - Ratusan seniman muda yang berpartisipasi dalam acara rembug seniman muda bertajuk "Menyambut Pesta Demokrasi dengan Riang Gembira" dengan membubuhkan tanda tangan di atas gitar. Tanda tangan yang ditorehkan itu menunjukkan komitmen mereka menolak golput dalam Pemilu 2019.

Gitar dipilih sebagai simbol bukan tanpa alasan. Seniman merepresentasikan suara dengan gitar. Gitar sebagai lambang bersuara yang harus dijaga dan hal itu diimplementasikan dalam menggunakan hak pilih.

Perhelatan yang digelar di Kampoeng Mataraman Yogyakarta ini mengajak masyarakat untuk menggunakan hak pilih, sekalipun marak kampanye politik negatif.

"Kami sangat prihatin dengan kampanye politik yang sangat tidak mendidik karena masyarakat yang semakin kritis pada akhirnya menjauh dari politik," ujar Sayfa Auliya Achidsti, penggagas Gerakan Anti-Golput Bersatu, Kamis (28/2/2019).

Terjadi peningkatan angka golput dalam pemilu. Pada Pemilu 2004 angka golput mencapai 23,40 persen, Pemilu 2009 angka golput meningkat menjadi 28,30 persen, dan pada pilpres 2014 angka golput mencapai 30,42 persen. Peningkatan angka golput ini menjadi gambaran kurangnya partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi.

 

Menyambut Pesta Demokrasi dengan Riang Gembira
Foto: Switzy Sabandar/ Liputan6.com.

Politik yang Sehat

Menurut Sayfa, potensi angka golput yang hampir mencapai sepertiga dari total suara pemilih ini sudah lama menjadi kegelisahan berbagai pihak. Namun ia optimistis, animo peserta acara rembug nasional yang membludak, memperlihatkan bahwa masih ada ekspektasi publik atas kondisi politik nasional yang sehat.

Ia menuturkan kampanye anti golput akan digelar di berbagai kota dan dimulai dari Yogyakarta.

"Titik pertama yang kami pilih Yogyakarta, karena kota ini identik dengan seni dan pelajar. Banyak pelajar dan mahasiswa yang dari luar daerah dan belum mengerti bahwa sekarang mencoblos tidak harus di kota asal," ucapnya.

Perwakilan dari Direktorat Program Tim Kampanye Nasional (TKN), Muhammad Syihabuddin Asfa, mengapresiasi gerakan akar-rumput semacam ini. Ia berharap gerakan anti golput segera bergaung di semua daerah dengan variasi masing-masing.

"Ini sangat membantu pemerintah untuk semakin meningkatkan kepercayaan publik, terutama dari kalangan milenial," ujar Syihab.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya