Kisah Warga Bulango Raya, Bertahun-tahun Hidup Dalam Krisis Air

Krisis air membuat warga Desa Bulango Raya, Gorontalo, terpaksa buang hajat di pinggir pantai dan semak belukar.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 10 Jul 2019, 18:00 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2019, 18:00 WIB
Krisis Air Bersih
Krisis air membuat warga Desa Bulango Raya, Gorontalo, terpaksa buang hajat di pinggir pantai dan semak belukar. (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - Kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan menjadi ancaman serius bagi warga yang tinggal di dataran tinggi. Warga Desa Bulango Raya, di Kabupaten Gorontalo Utara salah satunya. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih harian, mereka hanya bisa mengandalkan sumur darurat. Itu pun akan kering jika musim kemarau datang berkepanjangan.

Saat tim Liputan6.com berkunjung, Selasa (9/7/2019), seorang warga bernama Rusni Amanah (50) menuturkan, sudah 40 tahun desanya hidup dalam keadaan krisis air bersih. Bahkan yang membuat miris, saat musim kemaru tiba dan kebanyakan sumur mengering, mereka rela tidak mandi dan buang hajat di sembarang tempat.

"Cari air bersih jauh, kira-kira jalan satu kilometer. Ada sumur-sumur darurat, itu juga buat keperluan makan saja," ungkap Rusni.

Rusni juga menuturkan, hidup dalam krisis air bersih sudah dialaminya sejak kecil. Keadaan akan semakin sulit saat musim kemaru tiba, karena sumur-sumur akan menyusut bahkan kering. 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menanti Solusi Pemda

Krisis Air Bersih
Untuk mendapatkan air bersih, warga Desa Bulango Raya, Gorontalo, harus berjalan ke sekitar 1 kilometer ke sumur-sumur darurat yang sudah dibuat sebelumnya. (Liputan6.com/ Arfandi Ibrahim)

Pantauan Liputan6.com, belum ada solusi konkret dari pemerintah daerah setempat untuk membebaskan warga dari jeratan krisis air bersih. Sementara warga Desa Bulango Raya terus melanjutkan hidup meski dengan pola yang tidak sehat lantaran minimnya pasokan air bersih.  

"Terpaksa warga harus membuang hajatnya di pinggir pantai dan semak belukar, jadinya baunya pasti tercium kemudian menjadikan lingkungan kotor dan tidak sehat," kata Asni, warga Desa Bulango Raya lainnya.

Warga hanya bisa pasrah. Saat musim kemarau tiba dan sumur kering, mereka hanya mengandalkan pasokan air dari tangki yang dikirim TNI.

"Itu tiap tahun ada," kata Asni.

Namun demikian, air bersih itu hanya untuk minum dan memasak. Sementara untuk mandi harus usaha sendiri, bahkan bisa-bisa kami tidak mandi selama beberapa hari.

Kepala Desa Bulango, Kisman Ahmad Noe, saat dikonfirmasi Liputan6.com mengatakan, pada 2016 pemerintah daerah pernah memberikan bantuan pengadaan air bersih melalui Program Nasional Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

"Sudah berapa kali diberikan bantuan, tapi kurang perawatan dari masyarakat sekitar, namun dengan adanya dana desa, akan saya programkan lagi bagaimana air bersih itu bisa menyentuh masyarakat terutama yang ada di dataran tinggi," katanya.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya