Liputan6.com, Banjarnegara - Peristiwa duka terjadi di Banjarnegara, Jawa Tengah pada awal musim penghujan ini. Tanggul jebol memicu longsor yang menimbun dua rumah dan menewaskan seorang warga, Sabtu, 2 November 2019.
Korban tewas adalah Winoto (45), warga Desa Plumbungan, Kecamatan Pagentan, Kabupaten Banjarnegara. Adapun korban luka, yakni Sabar (30) bin Hadi Rahyanto, Desa Pagentan RT 2/3, Kecamatan Pagentan, dan Darto (50), warga Dukuh Windusari, Desa Sokaraja, Pagentan, Banjarnegara.
Winoto tak bisa menyelamatkan diri tatkala tanggul ambrol dan menimbun rumah. Dua lainnya, selamat meski menderita luka-luka.
Advertisement
Baca Juga
Insiden tanggul jebol ini pun memantik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara dan Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Provinsi Jawa Tengah menelisik penyebab tanggul jebol. Pantauan juga dilakukan untuk mengetahui kondisi irigasi sekunder ini.
Langkah tersebut dilakukan lantaran Banjarnegara sudah memasuki musim penghujan. Tanggul irigasi mesti dipastikan dalam keadaan baik agar tak menyebabkan insiden lain. Pasalnya, irigasi berada di sisi atas dengan permukiman warga di bawahnya.
Pemantauan seusai tanggul jebol ditemukan fakta yang cukup mengejutkan. Ternyata, sepanjang saluran irigasi, ditemukan banyak warga yang membobol saluran irigasi demi mengalirkan air.
"Memakai pipa, ada yang kecil dan besar. Ini kan salah karena bisa menimbulkan rembesan," ucap Arif.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
199 Desa di Banjarnegara Rawan Longsor
Perihal jebolnya tanggul di Tamansari, Kelurahan Parakancanggah, Kecamatan Banjarnegara, Arif juga menduga ada faktor kesalahan manusia. Rembesan yang ditemukan sebelum jebolnya tanggul irigasi di Banjarnegara diduga juga dipicu oleh saluran air ilegal.
Rembesan itu bertambah besar ketika hujan mengguyur dan menyebabkan struktur tanah berubah. Rongga tersebut lantas menjadi tempat keluarnya air saluran irigasi dan akhirnya memicu tanggul jebol.
Mulai Minggu, 3 November 2019, Dinas Pusdataru dan dinas terkait lainnya juga menertibkan pipa-pipa ilegal yang digunakan untuk menyalurkan air dari irigasi ini. Jangan sampai saluran air ilegal ini memicu bencana di kemudian hari.
"Warga diberi pengertian karena ini bisa membahayakan," ujarnya.
Soal dua rumah yang rusak, BPBD tak sembrono untuk langsung memberikan bantuan. Pasalnya, ada dugaan bangunan tersebut berada di daerah aliran sungai (DAS) dan bukan atas nama pemilik bangunan.
Namun, dia memastikan bahwa korban tanggul jebol, baik yang meninggal dunia maupun luka akan memperoleh bantuan. "Kalau belum mengecek langsung kita nanti bisa salah. Harus verifikasi dulu," dia menjelaskan.
Terkait potensi bencana pada musim penghujan, BPBD Banjarnegara mengidentifikasi sebanyak 199 dari total 278 desa dan kelurahan di 20 kecamatan wilayah Banjarnegara rawan bencana longsor.
Â
Advertisement
Mitigasi Bencana Banjarnegara pada Awal Penghujan
Kontur desa-desa tersebut didominasi perbukitan dan pegunungan. Kemiringan lebih dari 20 derajat merupakan wilayah rawan longsor.
"Sudut kemiringan 20 derajat saja sudah rawan. Padahal, di kita itu banyak yang lebih dari itu. Itu yang ada permukimannya ya," dia mengungkapkan.
Arif mengatakan BPBD telah berkoordinasi dengan instansi lainnya untuk upaya pencegahan dan penanggulangan bencana. Selain itu, BPBD juga telah mengirimkan imbauan ke seluruh desa di Kabupaten Banjarnegara untuk meningkatkan kewaspadaan.
Sebagian besar wilayah Banjarnegara memang berkategori rawan longsor menengah dan tinggi. Pasalnya, sebagian besar desa berada di lereng pegunungan.
"Kita 70 persennya memang rawan longsor," ujarnya.
Pada awal penghujan ini, BPBD juga mengimbau agar warga mewaspadai bencana lainnya, seperti terjangan angin kencang, puting beliung, hujan ekstrem, dan banjir.
Warga diminta untuk memangkas pepohonan yang terlampau rimbun, terlebih yang berada di dekat permukiman. Warga juga diminta untuk membersihkan sungai dan selokan agar aliran air lancar dan tidak menyebabkan banjir.
"Peran serta masyarakat sangat penting untuk mencegah terjadinya bencana. Kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan," dia mengungkapkan.