Liputan6.com, Kebumen - Jalur Lintas Selatan-Selatan (JLSS) yang dikenal pula dengan Jalan Daendels diyakini adalah jalur lama kerajaan-kerajaan di Jawa.
Ini berbeda dari Jalur Raya Pos di pantai utara Jawa (Pantura) yang memang dibangun pada masa kolonial Belanda, saat pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Penyebutan Jalan Daendels juga kerap membuat awam salah kaprah. Sebagian besar mengira, jalur ini juga diinisiasi oleh gubernur jenderal yang berkuasa pada awal tahun 1800-an ini.
Advertisement
Baca Juga
Padahal itu keliru. Penyebutan Jalan Daendels diperkirakan hanya karena jalur ini melewati kekuasaan seorang Asisten Residen Ambal, AD Daendels. Kini Ambal adalah salah satu kecamatan di Kebumen. AD Daendels beda dengan HW Daendels, dan tinggal di Indonesia pada masa berbeda.
Terlepas dari salah kaprah pengertian Jalan Daendels dengan jalan yang dibangun pada masa HW Daendels, jalur ini sempat mencapai masa keemasan pada zaman kerajaan, pun pada masa setelahnya lantaran digunakan sebagai jalur gerilya.
Sayang, pada masa setelahnya, jalur yang menghubungkan kota-kota pesisir selatan ini redup. Kondisi jalannya rusak, sempit, terkesan tak terurus.
Tak aneh jika kemudian Jalan Daendels kalah pamor dengan Jalan Nasional Lintas Selatan (JLS) yang berposisi lebih ke tengah Pulau Jawa, dan jalan Pantura. Terlebih usai Tol Trans Jawa beroperasi.
Simak video pilihan berikut ini:
Pembangunan JLSS atau Jalan Daendels
Namun, belakangan JLSS yang menghubungkan Yogyakarta, Purworejo, Kebumen hingga Cilacap ini kembali naik pamor. Itu setelah pemerintah terus memperbaiki dan memperluas jalur.
Yogyakarta-Purworejo mulus. Lantas, pembangunan JLSS di Kebumen juga dikebut. Terkini, pembangunan sudah mencapai Tambakmulyo-Jladri, Kecamatan Buayan, Kebumen.
“Tinggal melanjutkan fisik jalan dari Tambakmulyo Jladri. Kalau Ayah belum,” katanya, Kepala Bagian Humas Sekretariat Daerah (Setkab) Kebumen, Budhi Suwanto, Rabu (4/12/2019).
Pendatanganan kontrak pengerajaan akan segera dilakukan. Dan itu, memastikan semakin dekatnya JLSS tersambung ke Jetis, Cilacap. Adapun ke ruas timur, JLSS sudah beroperasi hingga Yogyakarta.
Meski baru separuh beroperasi, dampak JLSS begitu terasa di pesisir selatan. Industri pariwisata dan turunannya, seperti kuliner dan industri kreatif bak biji mentimun tersiram hujan. Begitu cepat tumbuh subur.
Terlebih, JLSS ini sudah dikenal dengan kondisi jalannya yang mulus dan lurus. Imbasnya, semakin banyak pelintas luar daerah yang melalui jalan ini.
“JLSS ini dibuat selurus mungkin agar lancar. Sebisa mungkin menghindari jalur-jalur yang sulit,” ujarnya.
Advertisement
Pengaruh Jalan Daendels ke Perkembangan Wilayah Pesisir
Lantaran konsepnya sebagai jalan minim hambatan, JLSS tak melintasi rute Jalur Provinsi yang telah lama beroperasi di Karangbolong. Pasalnya, pembangunan jalan terbentur perluasan badan jalan dan medan berbukit. Jalur ini juga penuh dengan kelokan tajam.
Selain itu, jalan yang sekarang eksisting juga terkendala perluasan badan jalan. Hambatan itu di antaranya, permukiman dan tebing perbukitan karang.
Sebab itu, JLSS tak jalur ini melalui wilayah utara Karangbolong. JLSS dibangun melintasi Kecamatan Buayan ke barat hingga Jetis, Cilacap.
Meski begitu, Budhi bilang JLSS yang berada di sisi utara Karangbolong ini tetap berpengaruh signifikan terhadap kunjungan wisatawan di obyek wisata Kebumen. Pasalnya, antara JLSS dengan jalur ke obyek wisata masih relatif dekat.
Karenanya, Kebumen terus mendorong agar JLSS segera tersambung ke Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Dengan tersambungnya jalur ini, lalu lintas di selatan akan semakin tinggi.
“Semakin banyak yang lewat kan potensi ekonomi juga untuk warga,” ucapnya.
Kembalinya pamor JLSS ini patut disyukuri warga di pesisir selatan. Lalu lintas ramai menghidupkan bisnis di desa-desa yang kebetulan dilintasi atau berdekatan dengan JLSS.
Keberadaan Tol Yogyakarta-Cilacap
Tetapi nampaknya, JLSS juga akan punya pesaing baru. Ini setelah pemerintah mulai mensosialisasikan rencana tol yang menghubungkan kota-kota di sisi selatan Jawa, mulai dari Bandung, Tasikmalaya, Cilacap, Kebumen, Purworejo hingga Yogyakarta.
Budhi mengaku sudah mendengar rencana tol ini, namun belum memperoleh informasi detailnya. Sebab, pemerintah pusat membangun tol dengan pihak swasta.
“Kalau tol kita sudah mendengar. Tapi kapan akan dibangun, kemudian jalurnya, kita belum tahu,” dia mengungkapkan.
Lantaran sifatnya yang berbeda dengan JLSS, Budhi menilai dampak positif keberadaan tol di Kebumen tak sebesar JLSS. Sebab, tol cenderung eksklusif. Itu berbeda dengan JLSS yang memang jalan terbuka.
Karenanya, jika tol teralisasi, Pemkan Kebumen meminta dibangun rest area. Rest area itu untuk memastikan agar masyarakat Kebumen bisa mendapat manfaat langsung dari keberadaan tol ini.
Di rest area, Pemkab akan memfasilitasi gerai khusus produk lokal Kebumen. Keberadaan gerai ini setidaknya membuat produk industri lokal Kebumen dikenal semakin luas. Selain rest area, Kebumen juga meminta pintu tol dibuat di Kebumen.
“Kita akan mendorong rest area. Bagaimana agar manfaat tol ini dirasakan oleh masyarakat Kebumen,” dia menegaskan.
Advertisement