Pakar Epidemiologi: Sumbar Masuki Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Setelah sempat landai sebelum Idul Adha 2020, kini kasus corona di Sumbar kembali melonjak.

oleh Novia Harlina diperbarui 15 Agu 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2020, 07:00 WIB
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Defriman Djafri.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Defriman Djafri.

Liputan6.com, Padang - Kembali melonjaknya kasus corona Covid-19 di Sumatera Barat, dinilai merupakan gelombang kedua pandemi oleh pakar epidemiologi.

Pakar Epidemiologi Universitas Andalas Sumatera Barat, Defriman Djafri kepada Liputan6.com, Kamis (13/8/2020) mengatakan kasus corona pernah naik lalu melandai dan bertahan beberapa waktu.

Sebelum Idul Fitri 2020, kasusnya masih naik, lalu mulai turun dan landai hingga hari Raya Idul Adha 2020. Proses tersebut sudah membentuk gelombang.

"Kenaikan kasus sejak Idul Adha merupakan awalan gelombang kedua," katanya.

Menurut Defriman, pihaknya tidak terkejut dengan adanya gelombang kedua ini, sebab mobilitas masyarakat Sumbar saat Idul Adha cukup tinggi.

Ia mengemukakan, pemerintah daerah membuka keran aktivitas masyarakat saat Idul Adha tanpa persiapan yang matang. Kemudian ketika kasunya melonjak, pemerintah malah beralasan hal itu disebabkan banyaknya perantau yang pulang.

"Pernyataan-pernyataan Pemerintah Sumbar seperti itu saya kira tidak konsisten," jelasnya.

Ketika sebelum Idul Adha gubernur mengimbau perantau untuk pulang kampung, lanjut Defriman lalu kemudian itu pula yang menjadi alasan melonjaknya kasus. Menurutnya itu kebijakan yang cukup gegabah.

Padahal, pihakya sudah mengingatkan pemerintah setempat bahwa ancaman virus corona masih mengintai meski kasusnya cukup landai ketika itu.

"Saya sudah berikan analisanya, namun pemangku kepentingan mungkin punya pemikiran lain," kata dia.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


Gencarkan Promosi Protokol Kesehatan

Cegah Virus Corona Covid-19, DKI Siapkan Sarana Cuci Tangan
Pengguna jalan mencuci tangan ditempat yang telah disediakan Pemprov DKi Jakarta di kawasan Pedestrian Ratu Plaza, Jakarta, Senin (23/2/2020). Sarana cuci tangan ini tersedia 12 unit dan tersebar di wilayah DKI Jakarta. (Liputan6.com/Faizala Fanani)

Selain itu, pakar epidemiologi tersebut juga menyebut dirinya tidak setuju denga istilah zona merah, kuning, dan hijau. Ia berpendapat penyebutan zona tidak tepat untuk kasus pandemi.

Pandemi itu, jelasnya merupakan kasus yang dinamis. Jika misalnya pada satu daerah saat pagi hari berstatus zona hijau, bisa saja pada sore hari berubah menjadi zona merah.

"Ini tidak cocok untuk kasus pandemi, saya sudah sampaikan itu jauh-jauh hari," ujarnya.

Namun demikian, ia berharap pemerintah sebagai pengambil kebijakan dapat mengambil langkah-langkah strategis dalam pengendalian virus corona Covid-19.

Pemerintah, lanjutnya harus lebih masif mengedukasi masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan menjaga jarak.

"Harus ada imbauan-imbauan jaga jarak di lokasi yang berpotensi menjadi pusat keramaian masyarakat," ia menambahkan.


Perkembangan Kasus Corona Sumbar

Melihat Posko COVID-19 Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Petugas melewati layar pemantau yang menunjukan penyebaran virus corona (COVID-19) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Senin (9/3/2020). Dari 3.580 orang yang menghubungi Posko COVID-19 DKI Jakarta, ada 64 kasus kategori Orang Dalam Pantauan dan 56 Pasien Dalam Pengawasan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di Sumbar, kasus penyebaran virus corona Covid-19 kembali melonjak setelah sempat landai beberapa waktu lalu. Kini, jumlah pasien terkonfirmasi sudah lebih dari 1.000 jiwa.

Hingga Kamis 13 Agustus 2020, total pasien terkonfirmasi positif mencapai 1.257 orang, 854 di antaranya dinyatakan sembuh, 37 orang meninggal, dan sisanya masih diisolasi.

Kemudian hingga kini, sudah 74.723 orang di Sumbar yang diambil sampelnya untuk dites di laboratorium, dengan positivity rate berada di angka 1,68 persen.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno mengklaim kasus positif Corona di Sumbar hingga saat ini masih dapat dikontrol. Kemudian penelusuran secara maksimal terhadap kasus positif baru juga masih dilakukan.

"Virus ini belum ada obatnya, kemudian masyarakat juga banyak yang tidak mematuhi protokol kesehatan," ujar gubernur.

Dengan melakukan tracking secara cepat, Irwan optimis virus corona bisa dikendalikan karena hal itu sudah dibuktikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya