Liputan6.com, Padang Panjang - Kecanggihan teknologi jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan menghasilkan karya yang luar biasa. Di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, Sumatera Barat misalnya, santri di sana menciptakan dua robot pelayan kafe yang diberi nama Sabai dan Midun.
Sabai dan Midun kini sudah bisa dioperasikan dan mejadi pelayan di cafe yang ada di Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang tersebut.
Robot ini merupakan gagasan Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammadi, namun dalam pengerjaannya dilakukan oleh tim santri yang terdiri dari 9 personel.
Advertisement
Baca Juga
Salah seorang tim yang membuat robot ini, Raan Shalihan menjelaskan secara teknis robot Midun berjalan dari dapur dan ke meja, begitu pun sebaliknya.
"Dengan rangkaian set point PID robot Midun mampu berbelok mengikuti jalur garis hitam strip magnetik yang ada di lantai kafe untuk memandu tugasnya," katanya, Jumat (19/2/2020).
Sementara robot Sabai berfungsi untuk melayani kebutuhan pengunjung kafe. Ia baru akan bekerja jika sudah diperintah melalui alat remot kontrol yang dijalankan operator.
Â
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Siap Antarkan Pesanan Pelanggan
Meski demikian, Sabai dan Midun masih tetap membutuhkan bantuan manusia. Misalnya pelayan di dapur akan menempatkan piring di nampan robot, lalu menekan tombol yang tepat untuk mengirim mesin ke meja yang ditentukan.
"Begitu robot tiba di mejapelanggan akan mengambil makanan dari nampannya," jelasnya dikutip dari siaran pers di situs Kemenag Sumbar.
Kemudian Sabai dan Midun memiliki kelebihan yakni, bisa bersuara melalui program MP3. Sabai bisa mengucapkan kalimat seperti "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, selamat menikmati dan terimakasih, sampai jumpa kembali," katanya.
Sedangkan Midun bisa mengucapkan kalimat seperti "Ini pesanannya terimakasih, selamat menikmati dan terimakasih".
Ketika disinggung alasan pemberian nama unik untuk kedua robot itu. Raan menjelaskan hal itu sesuai dengan harapan pimpinan diniyah yang ingin mengangkat dan mensyiarkan kembali sejarah khas Ranah Minang.
"Untuk dua robot ini sedikitnya menghabiskan dana sekitar Rp22 juta lebih, Sabai menghabiskan Rp10 juta, dan Midun sekitar Rp12 jutaan", jelasnya.
Sementara Wali Kota Padang Panjang Fadly Amran sangat mengapresiasi karya-karya dari Diniyyah Puteri. Dari awal sudah diajarkan semua santrinya untuk berpikir dan membuat inovasi.
"Bikin robot itu rumit, banyak yang harus dipikirkan. Banyak proses yang harus dilalui dan tentunya prosesnya sangat luar biasa," katanya.
Fadly berharap ini berlanjut ke depannya sehingga generasi muda berkarya dan berinovasi sesuai dengan keinginannya.
Sementara Pimpinan Diniyyah Puteri Fauziah Fauzan El Muhammadi mengungkapkan, para santrinya diberikan waktu untuk berekspresi, berimajinasi dan membuat sebuah karya sesuai dengan keinginannya.
"Semoga karya santri Diniyyah Puteri ini dapat menginspirasi bagi semua umat dan bermanfaat untuk masa depan," katanya menambahkan.
Advertisement