Nikmatnya Suwiran Tipis Abon Sapi 'Buhun' Ma Nio Garut

Makanan yang terbuat dari serat daging yang telah disuwir, plus tambah bumbu rempah dengan penggorengan sempurna tersebut, menjadikan abon buhun sapi Oma Nio, sebagai panganan oleh-oleh khas Garut yang mesti Anda nikmati dan koleksi berikutnya.

oleh Jayadi Supriadin diperbarui 31 Mei 2021, 07:30 WIB
Diterbitkan 31 Mei 2021, 07:30 WIB
Serat daging yang telah disuwir, plus tambah bumbu rempah dengan penggorengan sempurna tersebut, menjadikan abon buhun sapi oma Nio, sebagai panganan oleh-oleh khas Garut berikutnya.
Serat daging yang telah disuwir, plus tambah bumbu rempah dengan penggorengan sempurna tersebut, menjadikan abon buhun sapi oma Nio, sebagai panganan oleh-oleh khas Garut berikutnya. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Liputan6.com, Garut - Selain dendengnya yang terkenal, industri rumahan pembuatan daging sapi Ma' Nio Garut, Jawa Barat, juga terkenal akan kelezatan olahan abon sapinya. Sejatinya, abon Oma Nio hampir bersamaan dengan awal terkenalnya olahan dendeng.

Makanan yang terbuat dari serat daging yang telah disuwir ditambah bumbu rempah dengan penggorengan sempurna tersebut, menjadikan abon buhun sapi Oma Nio, sebagai panganan oleh-oleh khas Garut yang mesti Anda nikmati.

Pengelola Dendeng Ma’ Nio, Adam Jatisunda mengatakan, kelezatan abon Oma Nio terletak dari pemilihan daging sapi pilihan yang diperoleh dari rumah potong peternak lokal Garut.

“Sama dengan dendeng, kami kurang menyukai penggunaan daging sapi beku atau frozen,” ujarnya.

Menggunakan bahan daging sapi segar bagian dalam yang memiliki serat baik, plus bumbu rempah pilihan seperti daun jeruk, daun salam, serai, hingga minyak goreng, menjadikan seluruh bahan yang digunakan berasal dari alam.

“Selain proses pengolahannya yang masih tradisional sama dengan yang pernah Ma Nio ajarkan, kami pun pantang menggunakan bahan pengawet,” ujarnya, sembari sedikit membocorkan rahasia di balik awetnya rasa dan kualitas abon Ma Nio Garut ini.

Tak mengherankan serat abon ma Nio yang hampir menyerupai kelembutan kapas tersebut, bisa disimpan hingga satu tahun lamanya, tanpa menyebabkan perubahan rasa dan warna abon yang akan dikonsumsi.

“Tapi biasanya jarang ada yang sampai berbulan-bulan, sebab pelanggan kami biasanya langsung memesan kembali (saat habis),” ujarnya bangga.

Seperti diketahui, suwiran abon biasanya disajikan sebagai taburan lauk di atas panganan nasi, atau sebagai isi lemper ketan. Bahkan dengan teksturnya yang menyerupai kapas, tak jarang abon dinikmati sebagai cemilan.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

Menjaga Kualitas

Para pelanggan setia Abon buhun ma Nio, tengah menunjukan produk abon sapi yang telah koleksi di gerai ma Nio, Muara Sanding, Garut, Jawa Barat.
Para pelanggan setia Abon buhun ma Nio, tengah menunjukan produk abon sapi yang telah koleksi di gerai ma Nio, Muara Sanding, Garut, Jawa Barat. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Adam menyatakan, abon buhun Ma’ Nio Garut, diproduksi nyaris bersamaan dengan dendeng sejak medio 1960 silam. Saat itu, para pelanggan Ma’ Nio yang telah mengenai kelezatan dendeng, mulai meminta adanya tambahan produk lain salah satunya Abon.

“Karena mungkin bahan dasarnya juga sama dari daging sapi, akhirnya emak mencobanya, dan ternyata diterima dengan baik,” kata dia.

Sejak itulah, dua produk handmade Ma’ Nio yakni dendeng dan abon, selalu beriringan dalam proses pembuatannya hingga kini. “Kadang Abon bisa lebih banyak dari produksi dendengnya,” ujarnya.

Salah satu kelebihan abon Ma’ Nio terletak pada kualitas abon yang disajikan. Selain daging sapi lokal, Adam menyatakan jika Abon ma Nio tanpa campuran bahan lain.

“Mohon maaf biasanya abon yang lain kadang dicampur serat kelapa, kalau abon Ma’ Nio 100 persen suwiran daging sapi pilihan,” kata dia.

Berdasarkan cerita yang diperoleh dari Abah Nio, sang ayah yang merupakan cucu dari Ma Nio, penjualan Abon ma Nio terbilang lancar sejak pertama kali dipasarkan hampir enam dekade yang lalu.

“Awalnya dijual secara keliling dari kampung ke kampung, namun setelah itu pelanggan datang sendiri ke sini,” ujar dia, sambil menunjukan jari tangannya di lokasi gerai Ma’ Nio saat ini, jalan Cimanuk, kawasan Sanding Lebak tepatnya samping Jembatan Cipeujeuh, Kelurahan Muara Sanding, Garut Kota.

Bahkan datangnya masa pendemi Covid-19 saat ini, omset abon ma Nio Garut, justru naik hingga dua kali lipat. “Mungkin banyak orang yang malas membuatnya, sehingga lebih praktis beli langsung,” kata dia.

Saat ini harga abon ma Nio dalam kemasan 80 gram dijual seharga Rp 50 ribu, sementara dalam bentuk curah, abon Ma’ Nio biasa dijual seharga Rp 440 ribu per kilogram. “Kalau dendeng kami biasa jual diharga Rp400 ribu per kilogram,” kata dia.

Selain abon sapi dan dendeng, Adam menyatakan, industri pengolahan daging Ma’ Nio juga mulai menjual produk paru goreng sapi, kemudian abon ayam dan abon kalkun.

“Kami menjual paru goreng dihargai Rp500 ribu per kilogram, abon ayam Rp320 ribu per kilogram dan abon ayam kalkun Rp500 ribu per kilogram,” kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya