Liputan6.com, Bandung - Mati listrik menjadi kendala paling berat yang dihadapi peternak ayam broiler. Tidak sedikit peternak mengalami kerugian yang disebabkan listrik padam. Hal itu karena ayam-ayam mati akibat suhu yang tidak terkontrol dengan baik.
Baca Juga
Advertisement
Pengalaman mati listrik seperti yang dialami Ulin Nuha, peternak di daerah Tamansari, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menjadi contoh. Awalnya, kandang ayam broiler milik Ulin menggunakan listrik sebagai tenaga penggerak blower.
Selain itu, genset yang disiapkan sebagai cadangan ketika listrik mati tidak dapat berfungsi. Hal tersebut membuat Ulin merugi karena ayam yang sudah siap panen mati karena kekurangan suplai udara segar.
Ulin pun memutar otak mencari solusi agar ayam-ayamnya tak mati sia-sia. Ia pun memutuskan untuk menggunakan diesel Kubota RD85 DI-TT sebagai pengganti listrik untuk menggerakkan blower di satu kandang yang dia miliki.
Setelah mesin diesel dibeli sekitar dua tahun lalu, Ulin juga baru-baru ini mendatangkan mesin DI-TT Series dengan merk RD DI-TT tipe hybrid. Dengan tipe ini, Kubota menggabungkan kemampuan mesin diesel dengan listrik. Ada waktu tertentu menggunakan mesin penggerak dinamo dan waktu tertentu menggunakan penggerak diesel.
"Untuk pemakaian listrik, kita kombinasikan dengan mesin Kubota. Mengingat pengalaman dulu kalau kita pakai full sistem listrik di saat ada trouble kemungkinan ruginya besar. Saya pun beralih ke mesin Kubota sejak dua tahun lalu dengan pertimbangan lebih ke safety," kata Ulin di kanal Youtube Vlogger Peternakan Indonesia.
Â
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Mesin Penggerak Blower Andal
Untuk diketahui, mesin diesel Kubota seri DI-TT pada peternakan ayam sistem closed house ini digunakan untuk menggerakkan blower pada sistem ventilasi. Dengan mesin ini, petani ternak ayam dapat mengatur kecepatan kipas sesuai dengan kebutuhan di dalam kandang.
Ulin sendiri adalah peternak ayam broiler dengan kandang closed house sejak 2018. Sebelum memulai bisnisnya, ia bekerja di perusahaan pembuatan kapal komersial di Hiroshima, Jepang, pada 2014. Selama tiga tahun berada di sana, Ulin memiliki tabungan hasil bekerja. Tanpa pikir panjang, ia pun memilih menjalankan usaha sendiri di kampungnya.Â
"Mungkin awalnya merasa sudah cukup, bisa dibilang lumayan (selama bekerja di Jepang). Kebetulan ada tetangga atau saudara beternak ayam, saya lihat sepertinya menggiurkan. Awalnya, belum ada ketertarikan tapi lama-lama jadi tertantang dan sampai sekarang seru terus belajar," tuturnya.Â
Dalam melebarkan sayap bisnisnya, Ulin bermitra dengan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Menjalankan usaha dengan skema kemitraan masih dinilai menguntungkan, sehingga Ulin tetap bertahan.
"Kita mulai dari kecil dulu dengan populasi 13 ribu ekor. Waktu itu penggerak kipasnya hanya mengandalkan listrik. Kejadiannya sendiri pas magrib, turun gerimis, listrik mati. Begitu mau menyalakan genset ternyata ada masalah. Setelah itu kita turunkan tirai darurat karena listrik belum menyala. Matinya lampu hampir sekitar 30 menit dan akhirnya ada kematian 200 ekor," tuturnya.Â
Ulin pun akhirnya membeli mesin Kubota bertenaga diesel untuk menggerakkan kipas. Pemasangan mesin Kubota sangat mudah, tidak perlu mendatangkan teknisi. Jika ada hal yang tak dipahami, cukup membaca buku panduan.
Kandang ayam broiler milik Ulin menerapkan sistem kombinasi untuk menggerakkan blower. Ketika anak ayam baru datang sampai usia 10 hari, blower yang digunakan berasal dari tenaga listrik. Setelah itu baru menggunakan mesin Kubota.
"Satu sampai dua hari pertama setelah pakai mesin Kubota itu ayam biasa saja, enggak ada masalah. Tidak mengganggu pola makan, minum. Sampai umur 20 hari itu ayam sudah adaptasi," kata dia.
Ulin sendiri menggunakan dua unit mesin Kubota bertenaga diesel untuk menggerakkan delapan blower. Rinciannya, satu mesin untuk empat unit blower.
Adapun solar sebagai bahan bakar mesin tidak sulit didapat. Untuk keperluan sehari-hari dibutuhkan 50-60 liter solar dengan kapasitas peternakan Ulin saat ini yang sudah mencapai 30 ribu ekor.
"Selama ini dengan mesin Kubota yang diesel kurang lebih hampir dua tahun dan mesin masih aman dengan kita rutin kontrol, cek oli, dan kebutuhan sirkulasi air. Spare part-nya juga mudah dicari," ucap Ulin.
Advertisement
Harga Terjangkau
Sementara itu, penggunaan mesin RD DI-TT yang hybrid diakui Ulin masih lebih terjangkau harganya. Jika dilihat dari spesifikasi mesin yang mumpuni.
"Untuk mesin TT harganya lebih murah daripada yang general dan speknya lebih sesuai dengan kebutuhan kandang ayam," katanya.
Ulin mengaku memilih mesin Kubota karena faktor keamanan. Mesin Kubota sendiri kalau ada mesinnya akan mati, seolah-olah tidak ada suara. "Kalau sudah tidak ada suara berarti ada masalah," ujarnya.
Soal penghasilannya sebagai peternak ayam broiler, Ulin mengaku lebih baik jika dibandingkan kerja di Jepang. Ia pun berharap dengan adanya teknologi mesin penggerak blower ini dapat membantu ia meningkatkan kapasitas produksi kandang ayam.
"Waktu kapasitas kecil saya ikut turun langsung yang tadinya sama sekali tidak tahu. Dalam dua tahun itu saya belajar dan sampai sekarang saya terus belajar. Ya ke depan targetnya bertambah kapasitas, tambah satu kandang dulu. Sekarang nabung dulu untuk pembebasan lahan," tuturnya.