Liputan6.com, Blora - Jumlah penderita Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Blora terhitung mulai Januari hingga Oktober 2022 sebanyak 182 kasus. Sedangkan jika dihitung secara kumulatif hingga Oktober 2022, totalnya sebanyak 1.013 kasus.
"Data terbaru Januari-Oktober 2022 sudah 182 kasus," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Blora, drg Wilys Yuniarti pada Liputan6.com, Senin (5/12/ 2022).
Untuk data rincinya, lanjut drg Wilys, orang dengan HIV/AIDS atau ODHA mempunyai hak untuk dirahasiakan identitasnya. Hal ini sesuai dengan aturan yang berlaku.
Advertisement
Akan tetapi untuk keperluan penanganan dan pengawasan pengobatannya, petugas mempunyai akses ke pasien dan tidak dipublikasikan.
"Ya memang, datanya tetap kita rahasiakan," imbuhnya.
Menanggapi soal Kementerian Kesehatan fokus penanganan HIV/AIDS ke anak-anak remaja dan perempuan, menurut drg Wilys, karena dari seorang perempuan terlahir generasi baru dan berisiko untuk menularkan ke anaknya dengan difokuskan ke perempuan.
"Harapannya tidak adanya infeksi baru HIV pada anak," paparnya.
Anak-anak dan remaja itu berada di masa transisi dan coba-coba sehingga dengan adanya peningkatan pengetahuan lebih awal, tidak akan terjadi infeksi baru HIV pada remaja.
Kasus HIV/AIDS di Blora
drg Wilys juga mengatakan, fokus penangan dan pencegahan kasus HIV/AIDS di Blora fokus pada 8 kelompok berisiko, antara lain ibu hamil, pasien Tuber Culosis (TB), pasien Infeksi Menular Seksual (IMS), Waria, WPS (Wanita pekerja seks).
Kemudian pengguna narkoba jenis jarum suntik, LSL (Laki Seks Laki) dan WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan). Untuk pencegahan di lokalisasi dan wanita pekerja seksual (WPS), Dinas Kesehatan Kabupaten Blora tetap aktif bersosialisasi.
Hal ini sebagai upaya pencegahan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat. Juga pentingnya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS dan IMS salah satunya pada kelompok berisiko seperti di lokalisasi.
Yang juga penting, untuk pencegahan, Dinas Kesehatan Kabupaten Blora telah melaksanakan kegiatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) melalui media. Baik itu dalam ruangan, luar ruangan dan media sosial dengan fokus upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
"Kita juga memberi sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS serta pendistribusian kondom dan lubrikan (pelumas intim)," tandasnya.
Advertisement