Berbahan Dasar Sama, 5 Kreasi Kudapan Manis Ini Miliki Nama Berbeda

Beberapa daerah di Indonesia memiliki kudapan nama beda tapi berbahan sama.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 27 Jan 2023, 17:00 WIB
Diterbitkan 27 Jan 2023, 17:00 WIB
kue putu
ilustrasi kue putu/copyright Shutterstock

Liputan6.com, Yogyakarta - Kekayaan kuliner menjadi salah satu identitas yang dimiliki Indonesia. Beberapa daerah memiliki kuliner nusantara khasnya tersendiri yang diberi nama sesuai dengan sejarahnya masing-masing.

Tak jarang, beberapa daerah memiliki kuliner berbahan dasar sama tetapi memiliki nama yang berbeda. Meskipun mirip, tiap daerah tetap memiliki keunikannya masing-masing.

Salah satu kuliner yang memiliki banyak kemiripan adalah kudapan berbahan dasar tepung beras, gula merah, dan kelapa parut. Beberapa daerah di Indonesia memiliki kudapan nama beda tapi berbahan sama. Apa saja?

1. Awug (Jawa Barat)

Awug merupakan kudapan manis yang terbuat dari tepung beras, kelapa, dan gula merah. Nama ini populer bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat.

Beberapa daerah di Jawa Barat menyebut awug dengan nama dodongkal. Awug berukuran cukup besar dengan bentuk dan ukuran yang mirip nasi tumpeng.

Umumnya, awug merupakan adonan berwarna putih dan berlapis. Setiap lapisannya terdapat gula merah yang lumer dan manis.

Kue ini diolah dengan cara dikukus dalam sebuah anyaman bambu berbentuk kerucut atau yang dikenal dengan nama aseupan. Tak lupa, daun pandan ditambahkan untuk menambah aroma.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Dongkal (Betawi)

2. Dongkal (Betawi)

Dongkal khas Betawi memiliki bentuk dan ukuran yang mirip dengan awug. Bagi masyarakat Betawi, kue ini termasuk ke dalam jajaran kuliner legendaris.

Penamaan kudapan ini berasal dari penyebutan spontan masyarakat Betawi pada proses pembuatannya, yakni 'dongkel' atau 'congkel'. Proses tersebut merupakan proses mengeluarkan adonan kue dari kukusan dengan cara mendongkel atau mencongkel. 

3. Kue Putu (Jawa)

Berbeda dengan dua kue sebelumnya, kue putu berbentuk tabung dan berukuran mini. Bentuk tersebut berasal dari tempat kukusannya yang terbuat dari selongsong bambu.

Keunikan kue ini adalah suara berisik yang dikeluarkan saat pedagang menjajakan kue putu. Suara tersebut berasal dari uap panas yang digunakan untuk memasak kue putu. Sementara itu, penyajian adonan tepung beras dan gula merah yang telah matang ini dihidangkan bersama dengan parutan kelapa dan sedikit gula.

4. Ombus-Ombus (Sumatra Utara)

Ombus-ombus merupakan kudapan manis yang populer di masyarakat Batak, tepatnya di daerah Siborongborong, Tapanuli Utara, Sumatra Utara. Ombus-ombus berbentuk kerucut dan dibungkus daun pisang.

Sama seperti adonan kue sebelumnya, ombus-ombus berbahan dasar tepung beras, kelapa parut, dan gula merah. Namun, beberapa versi lainnya ada juga yang tidak menggunakan gula merah.

Adapun nama 'ombus-ombus' berasal dari kata 'embus'. Embus merupakan aktivitas meniup makanan yang masih panas ketika akan disantap.

5. Pohul-pohul (Sumatra Utara)

Masih di Sumatra Utara, selain ombus-ombus, ada juga kudapan serupa yang diberi nama pohul-pohul. Kue ini merupakan kudapan manis khas tradisional Batak dari Tapanuli, Sumatera Utara.

Kue ini memiliki bentuk yang cukup unik, yakni menyerupai kepalan tangan. Hal tersebut sesuai dengan nama kue ini, yakni 'pohulpohul' yang berarti 'kepalan'.

Tak hanya nikmat, kue ini juga memiliki filosofi tersendiri. Bentuk pohul-pohul yang berasal dari remasan atau kepalan kuat ini bermakna kuatnya hasil diskusi (marhusip).

Selain itu, bekas kepalan lima jari pada adonan kue menggambarkan jabat tangan sebagai bentuk kesepakatan. Adapun jumlah lima waktu juga menjadi hal penting dalam budaya Batak yang disebut 'hatihasilima', yaitu poltak mata ni ari (saat terbit matahari), pangului (pagi hari), hos ari (tengah hari), giling ari (jelang sore), dan bot ari (matahari terbenam).

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya