Liputan6.com, NTT - Tenun rote merupakan salah satu kain tradisional Indonesia khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Kain tenun ini di produksi oleh perempuan-perempuan Dusun Ndao, Rote Ndao, NTT.
Dikutip dari jurnal Tenun Ikat Masyarakat Kampung Ndao di Kecamatan Lobalain Kabupaten Rote Ndao NTT (2016) karya Winaldhy dkk, tradisi menenun di Dusun Ndao sudah berlangsung selama puluhan tahun. Perempuan penenun di dusun ini percaya, sejarah tenun rote berasal dari jaring laba-laba.
Dikisahkan, ada seorang perempuan leluhur Ndao menyaksikan seekor laba-laba tengah membuat jaring-jaring. Kemudian, ia berusaha mengikuti apa yang dilakukan laba-laba tersebut dengan menggunakan serat lontar.
Advertisement
Baca Juga
Lambat laun, serat lontar kemudian diganti dengan kapas. Hampir seluruh perempuan Dusun Ndao bekerja sebagai penenun.
Bagi perempuan Ndao tradisi menenun merupakan peninggalan leluhur yang penuh akan nilai filosofi yang sakral. Bahkan, setiap anak perempuan di Ndao sudah belajar menenun sejak berusia 5 tahun.
Mereka percaya, kesempurnaan perempuan Ndao terletak pada ketrampilannya menenun. Bahkan, bagi seorang perempuan Ndao membuat kain tenun merupakan salah satu syarat menikah.
Dengan kemampuan menenun yang dikuasainya, seorang perempuan Ndao akan sangat dihargai oleh kaum pria. Sesakral prosesnya, motif tenun roti juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Rote Ndao.
Biasanya motif tenun rote diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, ada beberapa ritual khusus yang digelar untuk mewariskan motif tenun rote kepada garis keturunan.
Tujuannya agar motif tenun rote tersebut tetap eksklusif dan tidak bisa sembarangan ditiru oleh orang lain. Dahulu, tenun rote melambangkan strata sosial masyarakat.
Seperti bagi masyarakat biasa tidak boleh menggunakan kain berpola hias. Mereka hanya boleh menggunakan kain polos berwarna hitam yang pewarnaannya menggunakan tanaman Nila dicampur dengan arang.
Sementara itu bagi masyarakat keluarga bangsawan boleh memakai kain berpola hias, ikat kepala, sabuk pinggang yang semuanya memiliki makna tertentu. Bahkan, ada perbedaan cara pemakaian kain tenun di keluarga bangsawan.
Mereka yang merupakan keluarga bangsawan biasanya memakai kain tenun hingga bawah mata kaki. Sementara itu, bagi para prajurit perang kerajaan, mereka menggunakan kain tenun ini hingga batas bawah lutut.
Motif tenun Rote juga mengandung nilai identitas keluarga dan suku. Dalam tenun tersebut akan memuat informasi orang tua si pengguna kain tersebut, mulai dari nama, suku, hingga marga.
Kini kain tenun rote berkembang menjadi salah satu cenderamata paling dicari oleh para wisatawan. Meski sudah dijual secara bebas, proses pembuatan tenun rote tetap dipertahankan secara tradisional.