Kontekstual Bersuci Ala Indonesia Negara Tropis

Proses bersuci ini adalah perhatian pertama para Ulama. Sebab ada proses integral di dalam akidah, ibadah dan muamalah. Ini urusan fundamental.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Mei 2023, 20:04 WIB
Diterbitkan 20 Apr 2023, 22:18 WIB
KH. Ahmad Baso. (Liputan6.com/ ist)
KH. Ahmad Baso. (Liputan6.com/ ist)

Liputan6.com, Jakarta - Perkara bersuci atau thaharah rupanya menjadi fokus penting kajian para Ulama Nusantara di abad ke-18 Masehi. Terlebih kajian utamanya adalah kontekstualisasi bersuci dengan keadaan negeri yang berlimpah air.

Tentu hal ini cukup berbeda dengan negeri daratan Arab, tempat ajaran Islam pertama kali turun dan disebarluaskan sejak abad ke-7 Masehi.

KH. Ahmad Baso saat membedah Kitab Sabil Al-Muhtadin milik Syekh Arsyad Al-Banjari mengatakan negeri maritim ini berlimpah air. Sehingga Ulama membuat fatwa untuk memanfaatkan air dalam bersuci, berbeda dengan Arab.

Ia mengatakan hal itu saat mengisi Program Inspirasi Ramadan 2023 Edisi Sahur BKN PDI Perjuangan di bilangan Menteng, Kamis (20/4/2023).

Proses kontekstualisasi Syekh Arsyad ini termaktub di dalam kitabnya yang ditulis pada tahun 1770. Hal ini dilakukan lantaran menyesuaikan kondisi geografis Indonesia.

"Proses bersuci ini adalah perhatian pertama para Ulama. Sebab ada proses integral di dalam akidah, ibadah dan muamalah. Ini urusan fundamental," jelasnya.

Intelektual Muda NU itu lantas juga menyusun pertimbangan untuk membolehkan pemakaman Muslim menggunakan peti mati kayu. Meskipun terkesan janggal, rupanya ada ketentuan khusus dalam penggunaan Taballa itu.

"Di Kalimantan Selatan lahannya kebanyakan rawa dan berair. Maka dibutuhkan adaptasi khusus dalam pemakaman Muslim yang mendapati tanah kubur saudaranya berisi air. Memang dibutuhkan pakai peti mati," ujarnya.

Kitab karangan Syekh Arsyad ini merupakan kelanjutan dari kitab fiqih yang belum rampung pada pengerjaan di periode sebelumnya. Sekaligus, Sang Ulama Banjar ini ingin memenuhi permintaan Sultan Kerajaan Banjar kala itu.

Buku tersebut ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu dengan tujuan agar masyarakat mampu memahami Islam dengan lebih dalam. Sebab terkadang ada kendala bahasa dalam menyebarluaskan dan pendalaman agama Islam.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya