Liputan6.com, Gorontalo - Pasca-pengumman pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD jadi pasangan pilpres 2024, dukungan untuk mereka terus mengalir. salah satunya komunitas anak muda yang menamai dirinya Pemuda Ganjar Gorontalo (PGG).
Mereka yakin, jika saat ini menjadi kandidat Ganjar-Mahfud paling digemari generasi Milenial dan Z. Hal itu terbukti dari sejumlah survei yang ada.
Advertisement
Baca Juga
Ketua PGG, Ramdan Kono Maku bilang, karakter personal Ganjar Pranowo memang cocok dengan mayoritas generasi milenial dan Z. Sebab Ganjar memang sangat mirip dengan karakter Pak Jokowi.
"Coba lihat saja, tidak ada calon presiden yang karakternya seperti Jokowi kecuali bapak Ganjar. Humoris tapi serius," kata Ramdan.
Menurutnya, Generasi milenial dan Z ini ingin merdeka. Dengan kemauan itu, respons pemerintah terhadap beragam persoalan generasi muda sangatlah kompleks.
"Jujur setelah kami menganalisa, anak muda itu suka dengan pemimpin yang responsif dan tidak banyak berbicara. Coba bisa dibuktikan, pemuda itu serius dan detail tidak sloganistik macam-macam," ujarnya.
Selain itu, keunggulan Ganjar di mata generasi muda, yakni Ganjar aktif di media sosial (medsos). Dalam medsos, pria berambut putih ini, rutin mengunggah aktivitas sehari-hari yang terkadang tak ada kaitannya dengan dunia politik.
Dengan begitu kata Ramdan, yang paling konkret alasan mengapa pemuda Gorontalo harus memilih Ganjar?. Sebab, saat ini Ganjar tengah berpasangan dengan orang yang dikenal baik di kalangan pemerintahan, yakni bapak Mahfud MD.
"Ketokohan hingga cita-tiba membangun negeri ini, bapak Mahfud sungguh luar biasa. Contohnya dengan menangani beberapa kasus, selama dirinya menjadi Menkopolhukam tercatat baik di mata publik," ucap dia.
"Tidak ada kesan yang merusak citra beliau selama memimpin, maka wajib pemuda Gorontalo melirik Ganjar-Mahfud di pilpres 2024," katanya.
Simak juga video pilihan berikut:
Pengamat Politik
Peneliti dari lembaga survei Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah menyatakan, suara dukungan untuk Prabowo Subianto berpotensi tergerus jika menggandengkan wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapresnya.
“Kalau Prabowo menggandeng Gibran justru yang sangat diuntungkan adalah Anies Baswedan. Karena mereka akan memiliki materi propaganda yang cukup, dan potensi pengurangan suara Prabowo cukup besar,” kata Dedi
Dedi mengatakan, ketika Gobran dipilih Prabowo sebagai cawapresnya, maka Gibran tidak dilihat sebagai sosok yang independen. Tetapi pemilihan Gibran adalah karena faktor Jokowi.
“Dengan konteks itu mungkin Prabowo tergiur dengan relawan Jokowi ataupun kepuasan publik terhadap kepemimpinan Jokowi,” kata Dedi.
Namun, lanjut dia, dalam persaingan Pilpres 2024, jika menggandeng Gibran justru Prabowo berpotensi ditinggalkan pemilihnya. Menurutnya akan munculnya sejumlah propaganda. Di antaranya, Prabowo akan dianggap sebagai tokoh yang ikut melanggengkan praktik politik dinasti.
“Dan ini besar kemungkinan akan dimainkan oleh kelompok Anies Baswedan,” kata Dedi.
Dengan demikian potensi berkurangnya dukungan ke Prabowo akan berkurang. Terlebih, lanjut dia, dalam survei IPO, Jokowi hanya punya pengaruh terhadap pemilih sebesar 17-19 persen.
Hal lain, menurut Dedi, Jokowi akan dianggap sebagai pengkhianat oleh PDIP. Padahal pemilih PDIP ini lebih loyal ke partai dan Megawati.
“Jadi di satu sisi Prabowo tidak bisa menghindari propaganda politik dinasti yang menggerus suara, dan di sisi lain Jokowi belum tentu membawa suara ke Prabowo dari suara PDIP,” ia menandaskan.
Advertisement