Sejarah Patriotik 23 Januari 1942 dan Kemerdekaan Kecil di Gorontalo

Dua tahun sebelum Indonesia mereka, Gorontalo sudah lebih dulu memproklamasikan kemerdekaan. Maka tak bisa dipungkiri, jika setiap tanggal 23 Januari ada perayaan Hari Patriotik.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 24 Jan 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2024, 12:00 WIB
Monumen Nani Wartabone
Monumen Nani Wartabone di nol kilometer Kota Gorontalo kini jadi tempat favorit bagi warga untuk ngabuburit. Adanya Alutsista TNI AD menambah keindahan sekitar monumen untuk dijadikan latar belakang berswafoto atau sekadar menghabiskan waktu menjelang buka puasa. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Liputan6.com, Gorontalo - 23 Januari merupakan hari kemerdekaan kecil di Provinsi Gorontalo. Setiap tanggal 23 Januari, warga tanah serambi madinah menggelar Hari Patriotik atau yang dikenal dengan hari kemerdekaan kecil.

Sebab, dua tahun sebelum Indonesia mereka, Gorontalo sudah lebih dulu memproklamasikan kemerdekaan. Maka tak bisa dipungkiri, jika setiap tanggal 23 Januari ada perayaan Hari Patriotik.

Agendanya pun sama dengan hari kemerdekaan Indonesia, mulai dari gerak jalan, upacara bendera, hingga pemasangan bendera merah putih. Konon kemerdekaan itu tak lepas dari perjuangan seorang Pahlawan Nasional asal Gorontalo.

Namanya Nani Wartabone. Dalam buku Republik Indonesia: Provinsi Sulawesi (1953:205), disebut Nani Wartabone menjadi kepala militer pemerintahan darurat ini, sementara Kusno Danupoyo menjabat kepala sipil.

Pemerintahan darurat ini terkoneksi dengan gerakan kemerdekaan di Sulawesi Tengah. Nani Wartabone lahir di kalangan keluarga berada.

Ayahnya bekerja untuk Pemerintah Hindia Belanda, ibunya seorang ningrat. Meski tak pernah hidup susah, bukan berarti ia tega tutup mata untuk rakyatnya.

Tak Mau Melihat Penindasan

Monumen Nani Wartabone
Monumen Nani Wartabone di nol kilometer Kota Gorontalo kini jadi tempat favorit bagi warga untuk ngabuburit. Adanya Alutsista TNI AD menambah keindahan sekitar monumen untuk dijadikan latar belakang berswafoto atau sekadar menghabiskan waktu menjelang buka puasa. (Liputan6.com/Arfandi Ibrahim)

Nani Wartabone kecil tak sampai hati melihat rakyat kecil dihukum, meski mereka tahanan ayahnya sekalipun. Ia benci sekolah karena guru-gurunya yang orang Belanda mengagung-agungkan Negeri Belanda setinggi langit dan merendahkan tanah airnya.

Persinggungannya dengan politik diawali saat ia menjadi Sekretaris Jong Gorontalo di Surabaya pada 1923. Nani Wartabone juga menjadi pemimpin cabang Partai Nasional Indonesia (PNI) di daerahnya.

Hingga, pada 23 Januari 1942, tiga tahun sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan, ia sudah menyatakan kemerdekaan.

Kala itu, pasukan yang dipimpin Nani Wartabone menangkap semua pejabat Belanda di Gorontalo. Ribuan warga Gorontalo turun ke jalan tanpa memandang suku, agama, dan jabatan. Mereka menduduki kantor-kantor pemerintahan Belanda. Kepala polisi, asisten residen, dan kepala kontrol ditahan.

Ada Kekuatan

Bendera penjajah pun diturunkan, Merah Putih dikibarkan di depan Kantor Pos Gorontalo. Peristiwa saat itu dikenal sebagai Hari Patriotik, sebutan lainnya: proklamasi kecil.

Yos Wartabone, anak Nani Wartabone, merupakan saksi hidup yang melihat langsung perjuangan ayahnya melawan penjajah Belanda.

Dia mengatakan, perjuangan ayahnya bukan merupakan sebuah dongeng belaka, melainkan bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia. Hal ini diceritakan Kilat saat disambangi langsung Liputan6.com.

"Tanggal 23 Januari 1942 atau dua tahun sebelum Indonesia merdeka, Gorontalo sudah angkat bendera. sampai dengan saat ini ia dikenal dengan Pahlawan Nasional. Hari kemerdekaan itu dikenal dengan Hari Patriotik," kata Kilat Wartabone yang masih berdarah pahlawan Nani Wartabone.

Ia menambahkan, Nani Wartabone bisa mengusir penjajah hanya dengan senjata tradisional. Konon, Nani Wartabone memiliki bermacam kekuatan yang saat itu membentengi dirinya saat berada dalam medan pertempuran.

"Yang dipakai ayah saya waktu itu hanyalah sebuah tombak dan pedang, peralatan seadanya. Tetapi dengan kegigihan dan usaha, mampu menumpas penjajah yang saat itu bersenjata lengkap," ia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya