Kasus Demam Berdarah Melonjak di Lampung

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di 15 kabupaten/kota se Lampung meningkat secara signifikan, yaitu ada 562 kasus.

oleh Ardi Munthe diperbarui 22 Feb 2024, 07:00 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024, 07:00 WIB
Ilustrasi kasus DBD di Situbondo (Istimewa)
Ilustrasi kasus DBD di Situbondo (Istimewa)

Liputan6.com, Lampung Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Lampung mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal itu disebabkan oleh curah hujan yang tinggi. Pada awal 2024 ada sebanyak 526 kasus DBD yang tersebar di 15 kabupaten/kota se-Lampung. 

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Edwin Rusli mengatakan, 526 kasus DBD itu didapat dari data awal tahun atau selama Januari 2024.

"Jumlah kasus DBD tahun ini meningkat jika dibandingkan pada Januari 2023 lalu yaitu sebanyak 278 kasus. Terjadinya peningkatan ini dikarenakan perubahan cuaca seperti curah hujan yang cukup tinggi di awal tahun ini," kata Edwin Rusli, Rabu (21/2/2024). 

Dia menyampaikan, berdasarkan data pada Januari 2024, kasus DBD yang paling banyak terjadi di Kabupaten Lampung Tengah.

"Di Lampung Tengah ada 143 kasus. Sementara dari total 562 kasus itu, ada dua kasus DBD yang menyebabkan kematian. Satu orang di Kabupaten Lampung Timur dan satu orang di Kabupaten Pesisir Barat," ungkap dia. 

Dia menyebutkan, ada 293 orang yang terserang DBD tersebut ber lusia mulai dari 15 hingga 44 tahun . 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Antisipasi Kasus DBD

Dia menjelaskan bahwa untuk mengantisipasi meluasnya kasus DBD tersebut, timnya telah membuat surat edaran mengenai peningkatan kewaspadaan kepada dinas kesehatan di 15 kabupaten/kota se Lampung.

"Kami juga koordinasi dalam upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui gerakan 1 rumah 1 jumantik dengan lintas program dan lintas sektor untuk melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus," ungkap dia.

Kemudian, kata dia, petugas juga akan menguatkan Surveilans Dengue/DBD yang dapat dimonitor sebagai alat kewaspadaan dini terhadap peningkatan kasus serta respons cepat penanggulangan kejadian luar biasa (KLB).

"Dinkes juga melakukan pengendalian vektor secara terpadu baik kegiatan program yang dilaksanakan unit/sektor yang terlibat baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Deteksi dini infeksi dengue juga di lakukan di PKM dengan menggunakan rapid diagnostic test (RDT) NS1 atau RDT Combo, dan logistik lainnya seperti Larvasida, insektisida," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya