Badan Geologi Sebut Bencana Gerakan Tanah di Bandung Barat Berupa Rayapan Tanah

jenis gerakan tanah diperkirakan berupa rayapan yang merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 01 Mar 2024, 22:54 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 16:29 WIB
pergerakan tanah
Pergerakan tanah mengikbatkan rusaknya bangunan SDN Babakan Talang 1 di Kampung Cigombong, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat.

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan hasil analisa terkait bencana gerakan tanah di Kampung Pasirgombong RT 04 RW 03, Desa Cibedug, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

Gerakan tanah itu teridentifikasi terjadi pada 18 Februari 2024 pukul 22.00 WIB setelah hujan dengan intensitas tinggi dan lama. Plt Kepala Badan Geologi M Wafid menyampaikan, jenis gerakan tanah diperkirakan berupa rayapan yang merupakan jenis gerakan tanah tipe lambat.

"Gerakan tanah ini dicirikan dengan ditemukannya retakan, nendatan dan amblasan pada permukaan tanah," katanya lewat keterangan pers.

Menurut data Badan Geologi, gerakan tanah di Bandung Barat mengakibatkan, 1 rumah rusak bera, 6 rumah rusak ringan dan sebanyak 32 rumah lainnya terancam. Selain itu, terdapat pula 1 fasilitas umum yakni SDN Babakan Talang 1 yang rusak berak.

"Dinding dan lantainya retak-retak hingga roboh serta halaman sekolah mengalami amblas ± 20 cm," jelas Wafid.

 

Faktor Gerakan Tanah

Berdasarkan hasil analisis, ada beberapa faktor yang mengakibatkan terjadinya bencana gerakan tanah di Bandung Barat, yakni fakto kemiringan lereng yang curam.

Faktor lainnya adalah bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan dengan batuan yang bersifat lebih kedap dan berfungsi sebagai bidang gelincir.

"Serta curah hujan yang tinggi sebelum dan pada saat terjadinya bencana," jelas Wafid.

Berdasarkan analisis dari data sekunder yg tersedia di Badan Geologi, lanjut Wafid, secara umum lokasi bencana merupakan perbukitan bergelombang dengan kemiringan lereng landai sampai curam. Ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 990 meter di atas permukaan laut.

"Berdasarkan Peta Geologi Lembar Sindangbarat Bandarbaru, Jawa (M. Koesmono, Kusnama, N. Suwarna, 1996), daerah bencana tersusun oleh Formasi Cimandiri (Tmc) yang terdiri dari perselingan batulempung, batulanau dan batupasir, setempat gampingan dan setempat meliputi endapan lahar yang tersusun dari tuf, breksi andesit dan breksi tuf," lanjutnya.

Berdasarkan peta prakiraan gerakan tanah Badan Geologi, Kecamatan Rongga diketahui termasuk dalam zona potensi gerakan tanah Menengah - Tinggi. Artinya, daerah tersebut mempunyai potensi menengah hingga tinggi untuk terjadi gerakan tanah.

"Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali," tandasnya.

Masuk Wilayah Rawan

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) sebelumnya telah menyusun peta wilayah potensi gerakan tanah di Provinsi Jawa Barat tahun 2022.

Khusus wilayah Bandung Raya, terdapat 63 daerah yang memiliki kerawanan gerakan tanah. PMVBG mengklasifikasian kerawanan gerakan tanah tersebut dalam dua kategori yakni menengah dan tinggi.

Di Kabupaten Bandung Barat (KBB), setidaknya terdapat 16 wilayah  yang memilki potensi gerakan tanah menurut pemetaan PVMBG, di antaranya Kecamatan Rongga.

Kecamatan tersebut diklasifikasikan pada kategori menengah-tinggi potensi gerakan tanah.

Daerah yang masuk kategori menengah adalah zona yang dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Untuk zona kategori tinggi terjadi jika curah hujan di atas normal, serta gerakan tanah lama dapat aktif kembali.

Selain Kecamatan Rongga, wilayah rawan lainnya yakni Batujajar, Cihamplas, Cikalong Wetan, Cililin, Cipatat, Cipeundeuy, Cipongkor, Cisarua, Gununghalu, Lembang, Ngamprah, Padalarang, Parongpong, Saguling, serta Sindangkerta.

"Petanya secara fisik sudah dikirimkan ke pemerintah provinsi dan kabupaten kota, kami harap disosislisasikan ke bawahnya sampai ke tingkat kecamatan atau desa, agar masyarakat tahu wilayahnya masing-masing, jadi kehati-hatian apalagi kalau hujan," kata Kepala PVMBG, Hendra Gunawan.

  

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya