Cara Menyelesaikan Masalah ala Gus Baha dan Quraish Shihab 

Cendekiawan Islam Gus Baha dan Quraish Shihab punya cara jitu selesaikan masalah. Bagaimana caranya?

oleh Yanuar H diperbarui 06 Mar 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2024, 10:00 WIB
KH. Ahmad Bahauddin (Gus Baha)
KH. Ahmad Bahauddin / Gus Baha (Instagram)

Liputan6.com, Yogyakarta Gus Baha atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim memberikan pendapatnya tentang menyelesaikan masalah dan semuanya harus ke proses hukum formal atau pengadilan. Menurut Gus Baha jika hal ini dilakukan maka akan menjadi cara menjaga kemajemukan dan ukhuwah di Indonesia.

“Tidak semua masalah penyelesaiannya harus dimarahi, ditegur, atau lewat proses hukum formal atau pengadilan,” ucapnya alam Dialog Kebangsaan Merawat Ukhuwah Kebangsaan Menjaga Persatuan Indonesia yang diselenggarakan UGM di Grha Sabha Pramana UGM Senin, 4 Maret 2024.

Menurut Gus Baha melalui jalan kekeluargaan atau permusyawaratan dapat menjadi salah satu contohnya. Sehingga menyelesaikan masalah dengan tanpa kekerasan dan tetap menjaga ukhuwah tidak menyinggung, tidak memojokkan, tidak mengadili, dan tidak mendiskreditkan.

“Menjaga kemajemukan dan ukhuwah dimulai dari cara menyelesaikan masalah dengan tidak pakai marah-marah,”tuturnya.

Oleh karena itu Gus Baha memberikan saran menyelesaikan masalah di Indonesia dengan kekeluargaan. Sesuai dengan anjuran dalam kitab Qurthubi, bahwa masalah seyogianya dikembalikan kepada yang bersengketa.

“Sistem pengadilan di Indonesia, misalnya ada orang sengketa itu dilaporkan ke polisi, silahkan diselesaikan secara kekeluargaan. Ternyata di kitab Qurthubi, di kitab saya, kalau ada orang sengketa silahkan kembalikan yang sengketa, kata Sayyidina Umar jangan-jangan mereka punya solusi secara kekeluargaan,”paparnya.

Sementara menurut Gus Baha, penyelesaian masalah di pengadilan maka akan menambah permasalahan baru bagi pihak yang bersengketa. Walaupun hal tersebut seringkali dilupakan.

“Kalau diputuskan di pengadilan bisa melahirkan dendam, hasut, dan dengki. Jika diselesaikan dengan logika dan kearifan mereka sendiri maka itu lebih baik,” tuturnya.

Saat ini seringnya penyelesaian masalah justru berakhir di pengadilan. Ia pun bercanda, jika dirinya adalah pengamat politik, mungkin ia akan mengatakan salah satu cara menyelesaikan masalah dengan mengangkat seseorang menjadi menteri.

“Andaikan saya dalam posisi pengamat politik, mungkin cerita padahal bisa diselesaikan dijadikan menteri. Tapi ndak itu bukan wilayah saya,” kata Gus Baha sembari tertawa.

Cendekiawan Islam Quraish Shihab mengatakan, semua persoalan dapat diselesaikan. Hal ini dapat terwujud, jika selalu beranggapan bahwa pihak yang tidak sependapat dengan kita merupakan saudara kita.

“Semua problem dapat terselesaikan dengan syarat kita menganggap yang tidak sependapat adalah saudara kita dan berusaha mencari solusi dari tuntunan tuhan dan kearifan lokal,” terangnya.

 

Bersatu di Titik Temu

Titik temu menjadi hal utama dalam persaudaraan sebangsa. Sebab menurut Qurais Sihab tanpa titik temu, persaudaraan sebangsa tidak dapat terwujud.

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan  Indonesia baru saja menyelenggarakan pesta demokrasi dan muncul sejumlah persoalan dan konflik pun berpotensi muncul di tengah-tengah masyarakat. Menurutnya dalam demokrasi perbedaan pilihan dan pandangan menjadi hal yang lumrah.

“Melalui dialog ini, InsyaAllah kita perkuat ukhuwah kebangsaan, dengan semangat pluralisme, inklusif, toleransi, dan gotong royong. Hal itu merupakan kunci untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, dan tentunya mewujudkan Indonesia Emas 2045,”ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya