4 Perusahaan di Sukabumi Gulung Tikar, Puluhan Ribu Buruh Kena PHK

Sebanyak 4 perusahaan dilaporkan berhenti operasional di Kabupaten Sukabumi. Akibatnya, sedikitnya 25 ribu pekerja kena PHK.

oleh Fira Syahrin diperbarui 16 Jul 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2024, 10:00 WIB
Ratusan Buruh Berunjuk Rasa di Kawasan Patung Kuda Jakarta
Ratusan pekerja dan buruh melakukan aksi unjuk rasa di Kawasan Patung Kuda, Jakarta, Rabu (3/7/2024). (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Sukabumi - Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kabupaten Sukabumi, mencatat sebanyak empat perusahaan dinyatakan berhenti operasional akibat terdampak krisis ekonomi global.

Ketua DPK APINDO Kabupaten Sukabumi, Sudarno menuturkan, kondisi perusahaan sektor industri padat karya di wilayah Kabupaten Sukabumi, belum membaik, hingga berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal itu terlihat dari permintaan produksi yang terus mengalami penurunan. 

“Hal itu, merupakan dampak dari pasca-pandemi Covid-19 dan pasca-resesi ekonomi global. Sehingga, masih belum stabil dan pulih ordernya seperti sediakala,” kata Sudarno dalam keterangannya Senin (15/7/2024).

Dia mengatakan, dampak resesi ekonomi global itu, masih terasa. Khususnya, pada perusahaan yang bergerak dalam sektor industri padat karya. Sebab, permintaan order dari negara tujuan ekspor seperti Eropa dan Amerika, belum ada peningkatan signifikan.

Sehingga, order yang diberikan di Indonesia, khususnya di wilayah Kabupaten Sukabumi, masih belum optimal. Nilai upah minimum bagi pekerja buruh juga dinilai menjadi salah satu faktor biaya produksi menjadi lebih tinggi. 

“Khususnya untuk sektor industri padat karya terjadi pelemahan daya saing dalam mendapatkan order pekerjaan (produksi) dari buyer. Jika dibandingkan dengan perusahaan sektor industri padat karya yang berada di luar daerah Sukabumi, terutama dengan wilayah Provinsi Jawa Tengah yang dapat menerima order dengan harga yang bisa lebih murah,” jelasnya. 

Secara rinci, pihak APINDO mencatat dari akhir tahun 2023 hingga pertengahan 2024 terdapat 4 perusahaan di wilayah Kabupaten Sukabumi yang tutup. Di antaranya, PT Manito Word yang ada di wilayah Benda, Kecamatan Cicurug, PT Pajar Tunggal Nasional di Kecamatan Parungkuda, PT Moda Aparrel di Jalan Tenjoayu, Kecamatan Cicurug dan satu perusahaan yang mulai non aktif, yaitu PT Tirta Mas Lestari, Desa Nyangkowek, Kecamatan Cicurug.

“Tiga perusahaan bergerak dalam bidang industri padat karya. Sementara satu perusahaan bergerak dalam bidang AMDK (air minum dalam kemasan) yakni, PT Tirta Mas Lestari di Cicurug,” terang dia.

 

 

Sejumlah 25 Ribu Pekerja Kena PHK Terjadi Sejak Akhir Tahun 2023

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi industri tekstil di Jawa Barat. Teten mengatakan,  sejumlah pengusaha tekstil di Kabupaten Bandung terancam berhenti produksi hingga melakukan PHK. (Dok KemenkopUKM)
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengunjungi industri tekstil di Jawa Barat. Teten mengatakan, sejumlah pengusaha tekstil di Kabupaten Bandung terancam berhenti produksi hingga melakukan PHK. (Dok KemenkopUKM)

Empat perusahaan yang dinyatakan gulung tikar itu, menurutnya, imbas dari krisis ekonomi global. Saat ini, banyak perusahaan industri padat karya yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan order. Kondisi itu dinilai semakin memperburuk kondisi dunia industri di Kabupaten Sukabumi.

DPK APINDO Kabupaten Sukabumi menyebut, jumlah buruh atau karyawan yang di PHK sejak terjadinya resesi ekonomi global sampai akhir tahun 2023, mencapai lebih dari 25.000 buruh atau pekerja.

“Dari jumlah total 62 perusahaan yang terdaftar sebagai anggota DPK APINDO Kabupaten Sukabumi, sekitar 29 perusahaan yang melakukan PHK tersebut yang melakukan efisiensi atau pengurangan karyawannya,” ujarnya.

“Jadi, dari 62 perusahaan ini, sekitar 70 persen perusahaan bergerak dalam sektor padat karya atau ada 40-an perusahaan yah,” sambung dia.

Pihaknya menambahkan, saat ini untuk efisiensi atau pengurangan karyawan di perusahaan yang beroperasi di wilayah Kabupaten Sukabumi, khususnya yang bergerak dalam sektor padat karya, masih fluktuatif. 

“Iya, kondisinya ada tambal sulam, seperti ada yang keluar dan ada juga yang masuk kerja buruhnya itu. Jadi, memang belum normal. Semoga krisis ekonomi global ini, cepat pulih kembali dan permintaan pasar di negara tujuan ekspor juga pulih kembali,” tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya