Pesan Moral di Balik Legenda Sangkuriang, Cerita Rakyat Asal Jawa Barat

Secara tidak terduga, seekor anjing bernama Tumang yang sebenarnya adalah titisan dewa mengambilkan tenunan itu.

oleh Panji Prayitno diperbarui 15 Nov 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 15 Nov 2024, 04:00 WIB
Pesan Moral di Balik Legenda Sangkuriang, Cerita Rakyat Asal Jawa Barat
Cover film Sangkuriang (Youtube.com)

Liputan6.com, Jakarta Legenda Sangkuriang adalah salah satu cerita rakyat paling terkenal dari Jawa Barat. Kisah ini menceritakan tentang seorang pemuda bernama Sangkuriang dan hubungan rumitnya dengan ibunya, Dayang Sumbi.

Konon, cerita ini tidak hanya mengandung unsur mitos, tetapi juga pesan-pesan moral dan budaya yang melekat dalam masyarakat Sunda. Legenda ini juga erat kaitannya dengan asal mula terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, salah satu gunung terkenal di Jawa Barat.

Cerita bermula ketika Dayang Sumbi, seorang perempuan cantik dari kalangan bangsawan Sunda, hidup menyendiri di hutan. Suatu hari, saat ia sedang menenun kain, tenunannya terjatuh ke lantai.

Karena malas mengambilnya sendiri, ia mengucapkan sumpah bahwa siapa pun yang mengambilkan tenunan itu akan menjadi pendamping hidupnya. Secara tidak terduga, seekor anjing bernama Tumang yang sebenarnya adalah titisan dewa mengambilkan tenunan itu.

Sesuai dengan sumpahnya, Dayang Sumbi akhirnya menikah dengan Tumang, dan dari hubungan mereka lahirlah seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang.

Ketika tumbuh dewasa, Sangkuriang tidak mengetahui bahwa Tumang adalah ayahnya. Suatu hari, saat berburu di hutan, ia merasa kesal karena Tumang tidak mau membantunya menangkap buruan, sehingga ia membunuh Tumang.

Ketika mengetahui bahwa Sangkuriang telah membunuh ayahnya sendiri, Dayang Sumbi sangat marah dan mengusirnya. Sangkuriang pun pergi mengembara, meninggalkan rumah dan ibunya.

Destinasi Wisata

Bertahun-tahun kemudian, Sangkuriang kembali ke kampung halamannya tanpa mengetahui bahwa wanita cantik yang ditemuinya adalah ibunya, Dayang Sumbi. Mereka jatuh cinta dan Sangkuriang ingin menikahinya.

Ketika Dayang Sumbi menyadari bahwa pria yang ingin menikahinya adalah anaknya sendiri, ia mencoba menghentikannya dengan memberikan syarat-syarat yang mustahil.

Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk membuatkan danau dan sebuah perahu dalam semalam sebagai tanda keseriusannya. Sangkuriang menerima tantangan tersebut. Dengan bantuan kekuatan supranatural, ia hampir berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun, Dayang Sumbi berusaha menggagalkannya dengan membuat fajar tiba lebih cepat.

Mengetahui usahanya digagalkan, Sangkuriang marah dan menendang perahu yang telah dibuatnya. Perahu itu terbalik dan menjadi Gunung Tangkuban Perahu, yang bentuknya memang mirip perahu terbalik.

Legenda ini hingga kini masih hidup di tengah masyarakat Sunda sebagai bagian dari warisan budaya mereka. Selain menyajikan kisah cinta dan pengkhianatan, legenda Sangkuriang juga mengajarkan nilai-nilai seperti penghormatan terhadap orang tua serta konsekuensi dari tindakan tanpa berpikir panjang.

Gunung Tangkuban Perahu pun menjadi simbol dari cerita ini dan menjadi salah satu destinasi wisata yang banyak dikunjungi karena keunikan bentuknya dan kaitannya dengan kisah legenda Sangkuriang.

Penulis: Belvana Fasya Saad

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya