Penemuan Kopi Luwak, Kisah Resistensi Petani pada Era Kolonial

Pengamatan terhadap perilaku luwak di sekitar perkebunan membawa terobosan penting. Para petani menyadari bahwa luwak, sejenis musang yang memiliki kebiasaan memakan buah kopi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Feb 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2025, 01:00 WIB
Ilustrasi kopi luwak (iStock)
Ilustrasi kopi luwak (iStock)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Perjuangan petani pribumi melawan ketidakadilan sistem perkebunan kolonial telah melahirkan salah satu penemuan dalam sejarah kopi dunia. Penemuan kopi luwak pada era kolonial Belanda tidak hanya mengubah cara pengolahan kopi, tetapi juga menjadi simbol keresahan petani lokal dalam menghadapi pembatasan akses terhadap hasil perkebunan mereka sendiri.

Mengutip dari berbagai sumber, sejarah penemuan kopi luwak berawal dari ekspansi perdagangan Belanda di kepulauan Nusantara pada abad ke-16. VOC, perusahaan dagang Belanda, berhasil menyelundupkan benih kopi dari Yaman dan mengembangkannya di tanah subur Pulau Jawa dan Sumatra.

Perkebunan-perkebunan kopi mulai bermunculan di berbagai wilayah dengan mempekerjakan penduduk pribumi sebagai buruh dengan upah sangat rendah. Sistem perkebunan kolonial menerapkan aturan ketat yang melarang para petani membawa pulang atau mengonsumsi biji kopi dari perkebunan.

Harga kopi yang tinggi di pasaran menjadikan komoditas ini terlalu mahal bagi para petani lokal. Kondisi ini mendorong mereka untuk mencari alternatif dalam menikmati hasil perkebunan yang mereka kelola.

Pengamatan terhadap perilaku luwak di sekitar perkebunan membawa terobosan penting. Para petani menyadari bahwa luwak, sejenis musang yang memiliki kebiasaan memakan buah kopi.

Proses pencernaan luwak hanya mengurai daging buah, sementara biji kopi keluar bersama kotoran dalam kondisi utuh. Pemanfaatan kotoran luwak sebagai sumber biji kopi berkembang menjadi praktik tersembunyi di kalangan petani.

Mereka mulai memelihara luwak dan membawanya ke perkebunan untuk memberi makan biji kopi. Biji kopi yang telah melalui proses pencernaan luwak kemudian dikumpulkan, dibersihkan, dan diolah menjadi minuman.

Proses fermentasi alami dalam sistem pencernaan luwak menghasilkan perubahan pada karakteristik biji kopi. Enzim-enzim pencernaan luwak mengurangi kadar protein dalam biji kopi yang berkontribusi pada rasa pahit.

Hasilnya adalah biji kopi dengan tingkat keasaman lebih rendah dan rasa yang lebih halus. Perkembangan metode pengolahan kopi luwak berlangsung secara bertahap melalui eksperimen para petani.

Mereka mengembangkan teknik pembersihan, pengeringan, dan penyangraian yang disesuaikan dengan karakteristik biji kopi hasil fermentasi alami ini. Proses yang awalnya lahir dari keterpaksaan ini justru menghasilkan varian kopi dengan cita rasa yang baru.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya