5 Saham Perdana yang Beri Imbal Hasil Terbesar

PT Bali Towerindo Sentra Tbk, salah satu saham perdana yang memberikan imbal hasil terbesar mencapai 412,50 persen sepanjang 2014.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Okt 2014, 13:50 WIB
Diterbitkan 13 Okt 2014, 13:50 WIB
Ilustrasi IHSG
(Foto: Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 18 emiten telah mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang 2014. Dari 18 emiten itu, ada sekitar lima saham mencatatkan return atau imbal hasil di atas 100 persen. Adanya harapan terhadap kinerja emiten baru tercatat di pasar modal itu dinilai mendukung kenaikan saham tersebut.

Pertama, PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) menjadi salah satu saham perdana 2014 yang memberi imbal hasil tertinggi. Bahkan saham perusahaan tower ini termasuk tiga besar pemberi imbal hasil terbesar sepanjang 2014 di pasar modal Indonesia. Saham BALI tercatat di BEI pada 13 Maret 2014.

Saham BALI naik 412,50 persen menjadi Rp 2.050 per saham pada perdagangan saham Jumat 10 Oktober 2014 dibandingkan harga IPO nya Rp 585 per saham.

Kedua, saham PT Link Net Tbk (LINK). Emiten bergerak di jasa bidang penyelenggaraan jaringan tetap berbasis kabel, multimedia dan jasa akses internet mencatatkan saham di pasar modal pada 2 Juni 2014.

Saham LINK memberikan imbal hasil (return) sebesar 348,44 persen menjadi Rp 7.175 per saham dari harga IPO di kisaran Rp 1.600 per saham.

Ketiga, saham PT  Sitara Propertindo Tbk (TARA) tercatat di pasar modal Indonesia pada 11 Juli 2014. Saham TARA telah memberikan imbal hasil sekitar 263,21 persen dari harga Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 106 per saham menjadi Rp 385 per saham pada penutupan perdagangan saham 10 Oktober 2014.

Keempat, saham PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNRA) naik 79 persen dari Rp 110 per saham menjadi Rp 197 per saham. PT Bank Dinar Indonesia Tbk tercatat di pasar modal Indonesia pada 11 Juli 2014.

Selain itu, saham PT Wijaya Karya Beton Tbk menguat 78,81 persen dari Rp 590 per saham menjadi Rp 1.055 per saham. Salah satu anak usaha BUMN yang tercatat di BEI pada 8 April 2014 juga meraup dana IPO sekitar Rp 1,2 triliun.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menilai, valuasi saham yang ditawarkan masih murah ketika emiten melakukan IPO (initial public offering/penawaran saham perdana) sehingga mendorong kenaikan saham perdana tersebut. Selain itu, adanya harapan terhadap kinerja emiten juga mendorong pelaku pasar untuk memilih saham IPO. Salah satunya terhadap kinerja PT Wijaya Karya Beton Tbk.

David menuturkan, pembangunan infrastruktur yang signifikan pada 2014 mendorong sektor saham konstruksi termasuk PT Wijaya Karya Beton Tbk. Menurut David, adanya kenaikan permintaan beton mendukung kinerja PT Wijaya Karya Beton Tbk pada 2014.

"Ditambah pelaku pasar juga menyerap saham IPO dengan baik," ujar David saat dihubungi Liputan6.com, Senin (13/10/2014).

Meski ada sejumlah saham perdana yang naik signifikan, ada juga saham yang melempem sejak mencatatkan saham perdana di pasar modal Indonesia.

Saham PT Eka Sari Lorena Tbk (LRNA) tergelincir 67,78 persen menjadi Rp 290 per saham dari harga IPOnya di kisaran Rp 900 per saham. (Ahm/)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya