Pasar Modal Malaysia Jadi Rival Bursa Indonesia

Blok ekonomi ASEAN berpotensi menghasilkan PDB sekitar US$ 7 triliun di tahun 2030 mendatang.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 20 Mar 2015, 14:03 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2015, 14:03 WIB
Pengamat Ekonomi Beberkan Bumerang Untuk Jokowi
Suasana aktivitas di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (22/10/2014) (Liputan6.com/Andrian M Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang giat melakukan sosialisasi pasar modal sebagai instrumen pembiayaan. Pasalnya, selama ini pembiayaan pasar modal masih dinilai sangat minim.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad menjelaskan, OJK saat ini sedang berambisi untuk mengalahkan Malaysia untuk melakukan pendalaman pasar modal. "Kita sekarang kejar-kejaran sama Malaysia, untuk jadi nomor 2 di ASEAN kalau Singapura jauh. Tugas kami mendorong. sosialisasi kami perbanyak investor, IPO surat utang. Masalahnya belum banyak yang paham. Kalau mendengar pasar modal yang rumit, ruwet, padahal mudah. Itu mesti disosialisasikan," katanya di Jakarta, Jumat (20/3/2015).

Muliaman mengaku optimis target tersebut bakal tercapai. Bukan tanpa alasan, pihaknya meyakini ada kecenderungan pembiayaan yang selama ini ke perbankan bergeser ke pasar maodal karena terbatasnya modal dari bank.

"Ada kecenderungan pembiayaan bank ke pasar modal, karena terutama limitasi yang dimiliki bank. Kami memperkuat pasar modal. Kami punya agenda tidak hanya SDM, tapi membangun kepercayaan, enforcement, IT," paparnya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito dalam ASEAN Broker Conference & Networking 2015 menerangkan blok ekonomi ASEAN berpotensi menghasilkan PDB sekitar US$ 7 triliun di tahun 2030 mendatang. Diperkirakan dalam beberapa dekade ke depan, blok ekonomi ASEAN akan mampu mempertahankan pertumbuhan tinggi tersebut karena beberapa faktor pendukung yakni demografi penduduk muda, pasokan tenaga kerja yang terampil, upah pekerja yang kompetitif, serta posisi geografis yang strategis.

Meski demikian, untuk mencapai target tersebut blok ekonomi ASEAN membutuhkan modal berskala besar. Salah satunya adalah kebutuhan minimum belanja infrastruktur untuk 2015 sampai dengan 2030 yang diperkirakan jumlahnya mencapai US$ 7 triliun. Maka, dia  mengatakan pasar modal mesti digenjot untuk memenuhi belanja infrastruktur tersebut.

"Disinilah pasar modal berperan sebagai sumber pendanaan untuk pembiayaan faktor-faktor pendukung percepatan pertumbuhan ekonomi ASEAN," terang Ito. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya