Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah di awal sesi perdagangan usai libur kemerdekaan RI. Hal itu berbeda dengan gerak bursa saham AS menguat dan Asia bervariasi.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (18/8/2015) IHSG turun 13,04 poin (0,28 persen) ke level 4.572,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,43 persen menjadi 773,11.
Baca Juga
Hal itu berlanjut pada pembukaan saham pukul 09.00 WIB. IHSG melemah 18,98 poin (0,41 persen) menjadi 4.566. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,80 persen ke level 770,34. Sebagian besar indeks saham acuan melemah kecuali indeks saham DBX naik 0,09 persen 678,04 dan indeks saham Pefindo25 mendaki 0,06 persen ke level 393,89.
Advertisement
Ada sebanyak 62 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Akan tetapi, 29 saham menguat. Sedangkan 45 saham diam di tempat.
Total frekuensi perdagangan saham sekitar 7.108 kali dengan volume perdagangan saham 122,56 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 218,80 miliar.
Secara sektoral, sepuluh sektor saham tertekan. Hal itu dipimpin sektor saham aneka industri turun 2,11 persen, sektor saham manufaktur melemah 1,08 persen, dan sektor saham barang konsumsi susut 0,70 persen.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham EXCL naik 2,69 persen ke level Rp 2.670 per saham, saham SOCI menguat 1,96 persen ke level Rp 520 per saham, dan saham MAPI mendaki 1,3 persen ke level Rp 4.660 per saham.
Sedangkan saham-saham berkapitalisasi besar cenderung tertekan. Saham BBNI turun 2,73 persen ke level Rp 4.450 per saham, saham ASII melemah 2,72 persen ke level Rp 6.250 per saham, dan saham BMRI susut 1,94 persen ke level Rp 8.825 per saham.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan perkembangan positif Wall Street dan sentimen kawasan Asia membuat pergerakan IHSGÂ akan bervariasi. Pergerakan mata uang Rupiah atas dolar Amerika Serikat (AS) akan menjadi katalis bagi pergerakan IHSG.
"IHSG diperkirakan bergerak dengan support 4.560 dan resistance di 4.600 dengan berpotensi menguat terbatas ditopang peluang penguatan rupiah," ujar David dalam ulasannya. (Ahm/Gdn)