Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham di kawasan Asia Pasifik (bursa Asia) kembali ke zona hijau mengikuti penguatan yang terjadi di Wall Street. Pelaku pasar sedang menunggu hasil rapat Bank Sentral Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, Rabu (27/1/2016), Indeks MSCI Asia Pasifk naik 1,7 persen pada pukul 10.06 waktu Tokyo Jepang. Indeks Topix Jepang juga naik 3,2 persen.
Sementara, Indeks S&P/NZX 50 Selandia Baru menguat 0,4 persen. Kenaikan indeks ini telah terjadi dalam empat hari terakhir. Berbeda, Indeks Ausrtalia S&P/ASX 200 turun 0,3 persen setelah libur pada perdagangan sehari sebelumnya.
Baca Juga
Penguatan bursa Asia ini mengikuti yang terjadi pada bursa di AS. Dow Jones industrial Averange (DJIA) naik 282,01 poin atau 1,78 persen ke level 16.167,23. Indeks S&P 500 juga naik 26,55 poin atau 1,41 persen ke 1.903,63. Sedangkan Nasdaq naik 49,18 poin atau 1,09 persen menuju 4.567,67.
Investor sedang menanti hasil dari pertemuan dari Bank Sentral AS (The Fed). Sebagian besar pelaku pasar melihat bahwa The Fed bakal menahan kenaikan suku bunga karena melihat keadaan ekonomi dunia yang sedang tidak menentu.
Ada kemungkinan dari Bank Sentral Eropa dan Jepang bakal meningkatkan stimulus dalam waktu dekat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dunia. "Sebagian besar saham telah mengalami penurunan yang cukup dalam sehingga menarik investor untuk kembali masuk ke pasar modal," jelas Analis IG Markets Ltd, Melbourne, Australia, Angus Nicholson.
Memudarnya pertumbuhan dan inflasi dikatakan memaksa Bank Sentral Eropa untuk kembali meninjau kebijakannya pada Maret. Â "Banyak ekonom percaya bahwa ia akan menghindari membuat komentar tentang kebijakan lebih tetapi seperti yang kondisi menunjukkan, kenaikan euro sebesar 3 sen dan penurunan harga minyak sejak Desember mendorong gubernur Bank Sentral Eropa untuk mengeluarkan stimulus," tulis Kathy Lien, Direktur Strategi FX strategy BK Asset Management.
Pada perdagangan kemarin, Bursa saham Asia cenderung tertekan karena penurunan harga minyak dunia. Harga minyak Amerika Serikat (AS) turun ke level US$ 29,73 per barel di tengah ekspektasi stok AS memberikan kekhawatiran terhadap pasokan minyak global berlebih. (Gdn/Nrm)