Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan di akhir perdagangan pada Februari 2016 ini didorong oleh penurunan saham-saham di sektor kesehatan. Kenaikan harga minyak tak mampu mendorong penguatan Wall Street.
Mengutip Reuters, Selasa (1/3/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) melemah 123,47 poin atau 0,74 persen ke level 16.516,50. S&P 500 juga turun 12,39 poin atau 0,64 persen ke level 1.935,66. Sedangkan Indeks Nasdaq tenggelam 32,52 poin atau 0,71 persen ke level 4.557,95.
Sembilan dari sepuluh sektor pembentuk S&P 500 terjatuh dan penurunan dipimpin oleh saham-saham di sektor kesehatan.
Baca Juga
Bursa saham Amerika Serikat (AS) menyerah meskipun harga minyak mengalami kenaikan hingga 3 persen pada perdagangan di 29 Februari ini.
Dalam beberapa bulan terakhir indeks saham dan harga minyak selalu berkorelasi. Kenaikan harga minyak biasanya selalu diikuti dengan penguatan indeks dan sebaliknya, penurunan harga minyak akan disambut dengan pelemahan bursa.
"Jika kenaikan saham di atas penurunan rata-rata dalam 50 hari, pasar akan mulai menjual kepemilikan saham," jelas Kepala Analis U.S. Global Investors Inc, San Antonio, AS, Michael Matousek.
Memang, dalam beberapa pekan terakhir Wall Street terus mengalami penguatan sehingga harga beberapa saham di atas nilai bukunya. Hal tersebut juga menjadi salah satu pemicu pelaku pasar untuk menata kembali portofolio.
Data inflasi yang di atas perkiraan, termasuk meningkatnya tren belanja konsumen menunjukkan bahwa ekonomi AS telah pulih lebih baik dari yang diharapkan. Dengan realisasi tersebut meningkatkan harapan bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga di tahun ini juga. (Gdn/Nrm)