Liputan6.com, Jakarta Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali berada di zona hijau pada perdagangan saham hari kedua pekan ini. Penguatan IHSG ini terjadi di tengah kenaikan Bursa Asia dan Wall Street.
Pada pra pembukaan perdagangan saham, Selasa (16/5/2017), IHSG naik 1,42 poin atau 0,03 persen ke level 5.690,29. Pada pukul 09.00 WIB, IHSG naik tipis 2,22 poin atau 0,04 persen ke level 5.691.
Ada sebanyak 42 saham menguat sehingga mendorong penguatan IHSG. Sedangkan 8 saham melemah dan 37 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.691,87 dan terendah 5.689,18.
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham 4.548 kali dengan volume perdagangan 162 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 136,6 miliar.
Investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 4,36 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.284.
Baca Juga
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham keuangan yang turun 0,32 persen, sektor aneka industri 0,03 persen.
Adapun sektor saham yang menguat antara lain pertambangan 1,14 persen, dan industri dasar 0,47 persen. Disusul sektor saham perkebunan mendaki 0,37 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham TAMU naik 24,84 persen ke level Rp 392 per saham, saham TIFA mendaki 16,40 persen ke level Rp 220 per saham, dan saham FORZ melonjak 19,39 persen ke level Rp 585 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham NRCA turun 6,64 persen ke level Rp 422 per saham, saham TOTL merosot 4,94 persen ke level Rp 770 per saham, dan saham WICO tergelincir 4,73 persen ke level Rp 322 per saham.
Bursa Asia menguat pada pembukaan perdagangan Selasa pekan ini. Penguatan bursa Asia ini menyusul kenaikan harga minyak usai pengumuman dari Menteri Energi Rusia dan Arab Saudi.
Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 naik 0,5 persen. Sedangkan ASX 200 Australia ikut menguat 0,31 persen didorong oleh indeks sub bahan baku yang naik 0,86 persen.
Penguatan bursa Asia ini mengikuti kenaikan harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen ke posisi tertinggi dalam lebih dari tiga pekan mencapai US$ 52 per barel. Lonjakan harga terjadi usai Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk kembali memotong pasokan hingga 2018.
Analis PT NH Korindo Securities Bima Setiaji sebelumnya menuturkan, sentimen eksternal akan pengaruhi laju IHSG. Bahkan sentimen eksternal ini menjadi penopang IHSG di tengah sentimen internal yang negatif.
Bima mengatakan, investor akan merespons positif kesepakatan pemangkasan produksi minyak antara Arab Saudi dan Rusia yang merupakan eksportir minyak terbesar di dunia membuat harga minyak naik menjadi US$ 48,7 per barel dari posisi US$ 46 per barel.
"Sentimen itu (harga minyak) menjadi sentimen positif untuk sektor tambang," kata Bima saat dihubungi Liputan6.com.
Â