Liputan6.com, Jakarta - Bursa Asia melemah pada perdagangan saham awal pekan ini seiring serangan siber ransomware yang meminta uang tebusan dan mengunci lebih dari 200 ribu komputer di lebih dari 150 negara. Selain itu, uji coba rudal oleh Korea Utara (Korut) juga membuat kekhawatiran investor.
Aset safe haven termasuk yen, emas dan obligasi atau surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) pun kenaikannya terbatas setelah data ekonomi AS lebih lemah dari perkiraan.
Bursa Asia pun cenderung tertekan. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang sedikit berubah. Indeks saham Jepang Nikkei naik 0,3 persen seiring penguatan yen. Indeks saham Australia melemah 0,2 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi sedikit berubah.
Advertisement
Baca Juga
Serangkan siber pada akhir pekan lalu melambat usai peneliti keamanan berpikir untuk membatasi penyebaran serangan itu untuk sementara. Akan tetapi, serangan siber itu akan cepat seiring karyawan kembali bekerja dan menghidupkan komputer pada Senin.
"Kami tidak mengetahui tingkat kerusakan atau informasi yang ditangkap dalam serangan siber tersebut. Kemungkinan pasar akan mendengar rincian lebih lanjut tentang serangan itu. Kami juga melihat tawaran investasi safe haven sedikit lebih tinggi dengan yen dan emas menguat sementara, dan imbal hasil surat berharga AS turun," jelas James Woods, Analis Rivkin, seperti dikutip dari laman Reuters, Senin (15/5/2017).
Ia menuturkan, ada uji coba peluncuran rudal oleh Korea Utara pada akhir pekan pun telah mempengaruhi mata uang Korea Selatan won. Pada awal pekan ini, Korea Utara menyatakan kalau pihaknya telah berhasil menguji rudal dalam jarak menengah dan jauh.
Di pasar uang, euro sedikit berubah ke level US$ 1.093 usai naik 0,7 presen pada akhir pekan lalu. Sementara itu, harga emas naik US$ 1.228,59 per ounce usai menguat 0,3 persen. Sedangkan harga minyak cenderung stabil. Harga minyak mentah AS berada di kisaran US4 47,85 per barel.
Â
Â