Faktor Ini Bikin IHSG Cetak Rekor Baru di 5.910

Sektor saham infrastruktur pimpin penguatan sehingga mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cetak rekor baru pada awal pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Jul 2017, 17:03 WIB
Diterbitkan 03 Jul 2017, 17:03 WIB
Ilustrasi laju IHSG
Sektor saham infrastruktur pimpin penguatan sehingga mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cetak rekor baru pada awal pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu kembali lanjutkan penguatan usai libur Lebaran. IHSG pun cetak rekor baru tertinggi sepanjang sejarah.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (3/7/2017), IHSG naik 80,52 poin atau 1,36 persen ke level 5.910,23. Level tersebut tertinggi sepanjang sejarah pasar saham Indonesia. Indeks saham LQ45 menguat 2,03 persen ke level 997,51. Sebagian besar indeks saham acuan menguat.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 354.259 kali dengan volume perdagangan 6,8 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,7 triliun. Investor asing melakukan aksi beli Rp 478 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.367.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat, kecuali sektor saham aneka industri turun 1,27 persen. Sektor saham infrastruktur naik 3,8 persen, dan catatkan penguatan terbesar.

Saham-saham unggulan pun catatkan penguatan. Saham TLKM mendaki 5,97 persen ke level Rp 4.790 per saham, saham BBCA melonjak 1,93 persen ke level Rp 350 per saham, dan saham PGAS menanjak 4,44 persen ke level Rp 2.350 per saham.

Sedangkan saham catatkan top gainers antara lain saham MABA naik 34,74 persen ke level Rp 256 per saham, saham MYTX merosot 32,31 persen ke level Rp 258 per saham, saham BUMI mendaki 10 persen ke level Rp 374 per saham.

Saham-saham cetak top losers antara lain saham PEGE turun 24,44 persen ke level Rp 204 per saham, saham YULE tergelincir 20,93 persen ke level Rp 136 per saham, dan saham LPIN turun 14,73 persen ke level Rp 955.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan, ada sejumlah faktor dukung penguatan IHSG. Pertama, rilis data ekonomi Indonesia yakni inflasi Juni 2017 sebesar 0,69 persen. Meski lebih tinggi dari harapan tetapi inflasi dinilai masih terkendali.

"Ada momen puasa dan Lebaran tapi inflasi lonjakannya tidak tajam ini memberi angin segar," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Kedua, sejumlah emiten masih ada yang akan membagikan dividen pada semester II. Faktor ini juga menurut William jadi katalis positif. Ketiga, kenaikan harga minyak juga dukung penguatan IHSG. "Keempat usai libur Lebaran, investor balik lagi," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, investor asing juga mencatatkan aksi beli meski tidak terlalu besar. Investor asing melakukan aksi beli Rp 478 miliar pada Senin pekan ini.

Sementara itu, Analis PT Semesta Indovest Aditya menuturkan tren IHSG memang positif usai catatkan level tertinggi sepanjang sejarah sebelum liburan Lebaran. Pada Kamis 22 Juni 2017, IHSG berada di kisaran 5.829. Laju IHSG pun terus lanjutkan penguatan usai libur Lebaran 2017. Selain itu, aktivitas pelaku pasar juga turut pengaruhi laju IHSG.

"Aktivitas investor cukup minim melihat saham-saham yang bergerak usai libur Lebaran. IHSG pun didrive oleh saham-saham blue chip, mulai dari sektor saham konsumsi, bank dan infrastruktur," ujar Aditya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, penguatan IHSG juga didorong oleh antisipasi pelaku pasar terhadap kinerja keuangan kuartal II 2017. "Kondisi ini cukup positif untuk perusahaan sekuritas menaikkan harga saham-saham unggulan," tutur Aditya.

Aditya mengatakan, pandangan investor asing positif terhadap pasar saham Indonesia juga mendorong arus dana masih mengalir ke pasar saham Indonesia. Meski demikian, IHSG sudah sentuh level tertinggi baru, menurut Aditya rawan aksi ambil untung ke depan. Akan tetapi, koreksi IHSG itu masih wajar.

 

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya