Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di zona merah pada awal pekan ini. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah dan aksi jual investor asing masih membayangi IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (25/9/2017), IHSG merosot 17,09 poin atau 0,26 persen ke posisi 5.894,61. Indeks saham LQ45 tergelincir 0,28 persen ke posisi 980,62. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Ada sebanyak 205 saham merosot sehingga menekan IHSG. Sedangkan 123 saham menguat sehingga menahan pelemahan IHSG. 118 saham lainnya diam di tempat.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 269.763 kali dengan volume perdagangan saham 7,5 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 5,5 triliun.
Investor asing melakukan aksi jual Rp 146,66 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.319.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham merosot kecuali sektor saham industri dasar naik 0,23 persen dan sektor saham konstruksi mendaki 0,01 persen.
Sektor saham tambang turun 1,39 persen, dan catatkan penurunan terbesar. Disusul sektor saham perdagangan susut 0,57 persen dan sektor saham keuangan tergelincir 0,43 persen.
Saham-saham yang cetak top gainers antara lain saham AKSI naik 34,40 persen ke posisi Rp 168 per saham, saham LMAS menanjak 15,25 persen ke posisi Rp 68, dan saham CENT melonjak 14 persen ke posisi Rp 114 per saham.
Sedangkan saham-saham yang merosot antara lain saham OKAS turun 25 persen ke posisi Rp 450, saham HDTX melemah 17,17 persen ke posisi Rp 328 per saham, dan saham BRAM turun 16,44 persen ke posisi Rp 4.700 per saham.
Bursa saham Asia bervariasi di awal pekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng turun 1,36 persen ke posisi 27.500, indeks saham Korea Selatan Kospi tergelincir 0,35 persen, indeks saham Shanghai turun 0,33 persen, indeks saham Singapura melemah 0,13 persen, dan indeks saham Taiwan susut 1,09 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei naik 0,50 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menuturkan, investor asing masih melakukan aksi jual menekan IHSG. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga tertekan sehingga membayangi IHSG.
"Ada aksi ambil untung dilakukan investor ketika IHSG sudah naik sejak pekan lalu," kata Reza saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) turun menjadi 4,25 persen yang seharusnya menjadi katalis positif dimanfaatkan investor untuk mengambil untung.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: