Melawan Gerak Regional, IHSG Dibuka Melemah

Pola gerak IHSG masih berada dalam rentang konsolidasi wajar dengan potensi menguat yang masih cukup besar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 05 Jan 2018, 09:15 WIB
Diterbitkan 05 Jan 2018, 09:15 WIB
Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pad apembukaan perdagangan Jumat pekan ini. Gerak IHSG ini berseberangan dengan bursa Asia yang menguat.

Pada pembukaan perdagangan saham, Jumat (5/1/2018), IHSG turun tipis 4,14 poin atau 0,06 persen ke posisi 6.288,39. Indeks saham LQ45 juga susut 0,06 persen ke posisi 1.066,67. Gerak indeks saham acuan bervariasi.

Ada sebanyak 95 saham menguat tetapi tak mampu mengangkat IHSG. Terdapat 52 saham melemah. Di luar itu, 87 saham lainnya diam di tempat.

Pada awal sesi, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.292,10 dan terendah 6.278,72.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 15.066 kali dengan volume perdagangan saham 501 juta saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 234 miliar.

Investor asing melakukan aksi jual Rp 23 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.400.

Secara sektoral, antara sektor yang menguat dan melemah berimbang. Sektor saham yang menguat adalah perkebunan, pertambangan, kontruksi, infrastruktur dan keuangan.

Saham-saham catatkan top gainers di awal sesi antara lain saham IKAI naik 34,69 persen ke posisi Rp 132, saham KARW melonjak 32,26 persen ke posisi Rp 164 per saham dan saham PCAR menguat 25 persen ke posisi Rp 615 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tergelincir antara lain saham MABA turun 24,50 persen ke posisi Rp 570, saham JMAS tergelincir 4,55 persen ke posisi Rp 735 per saham, dan saham SMDR susut 2,90 persen ke posisi Rp 472 per saham.

Di asia, indeks Patokan Jepang mampu menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun. Penguatan pasar saham di kawasan Asia ini mengikuti yang terjadi pada Wall Street.

Indeks acuan Jepang Nikkei naik 0,61 persen di awal perdagangan, meneruskan penguatan yang telah dibukukan pada perdagangan sebelumnya yang tercatat 3 persen. Pada perdagangan kemarin, indeks acuan di Jepang ini menyentuh level tertinggi dalam 26 tahun.

Bergeser ke Korea Selatan, Indeks Kospi naik 0,46 persen dipicu kenaikan saham-saham di sektor otomotif. Selain itu, saham-saham blue chip juga menjadi pendorong penguatan Kospi.

Di Australia, S&P/ASX 200 naik tipis 0,5 persen seiring penguatan sektor komunikas dan tambang. Harga komoditas yang melonjak menjadi dasar penguatan bursa saham di Australia ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Prediksi Analis

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, pola gerak IHSG masih berada dalam rentang konsolidasi wajar dengan potensi menguat yang masih cukup besar.

William menambahkan, hedge fund juga mulai mengatur komposisi sehingga dapat dorong kenaikan IHSG. Ia memperkirakan, IHSG bergerak di kisaran 6.123-6.446 menjelang akhir pekan ini.

"IHSG bila alami koreksi wajar dapat dimanfaatkan untuk aksi beli mengingat kondisi masih di awal tahun," kata William dalam ulasannya, Jumat (5/1/2018).

Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan, IHSG akan cenderung bervariasi menjelang akhir pekan ini. IHSG akan bergerak di kisaran 6.220-6.335.

"Secara teknikal, IHSG tertahan pada level support di 6.250 dari tren penguatan sejak Desember tahun lalu. Indikasi tertahan pada support dan kembali menguji level 6.310 yang menjadi resistance terdekat. Meski demikian, indikator melemah cukup kuat dari level jenuh beli," ujar Lanjar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya