Aksi Jual Marak Bikin Wall Street Anjlok

Wall Street kembali anjlok pada penutupan perdagangan Kamis. Mayoritas indeks utama turun 2 persen dan maraknya aksi jual oleh investor.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Feb 2018, 05:08 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2018, 05:08 WIB
Ilustrasi Bursa Saham AS.
Ilustrasi Bursa Saham AS.

Liputan6.com, Jakarta Wall Street kembali anjlok pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Mayoritas indeks utama turun 2 persen dipicu maraknya aksi jual oleh investor yang khawatir terhadap kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

Mengutip Reuters, Jumat (9/2/2018), tiga indeks utama Wall Street menukik tajam. Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 542,48 poin atau 2,18 persen ke level 24.350,87.

Disusul S & P 500 yang kehilangan 50,06 poin atau 1,87 persen ke level 2.631,6, dan indeks Nasdaq Composite turun signifikan 146,56 poin atau 2,08 persen ke level 6.905,43.

"Kondisi ini belum usai. Prediksi saya hal ini terus berlanjut," kata Senior Managing Partner Meridian Equity Partners di New York, Jonathan Corpina.

Anjloknya bursa saham AS diwarnai maraknya aksi jual dari investor dalam beberapa hari terakhir karena kekhawatiran kenaikan inflasi dan imbal hasil obligasi, yang mengacu pada laporan data ketenagakerjaan AS pada Januari.

Pernyataan Bank Sentral Inggris (Bank of England) bahwa tingkat suku bunga berpeluang naik lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya menjadi sentimen kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dalam tenor 10 tahun mencapai 2,884 persen atau mendekati puncaknya dalam empat tahun ini sebesar 2,885 persen.

"Apa yang kita lihat hari ini (wall street) adalah lanjutan kekhawatiran atas kenaikan tingkat suku bunga yang akan semakin tinggi, dan valuasi di pasar saham," ujar Chief Investment Officer with Independent Advisor Alliance di Charlotte, Chris Zaccarelli.

Data ketenagakerjaan AS pun melaporkan jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran turun ke level terendah selama hampir 45 tahun karena pasar tenaga kerja semakin ketat. Hal ini mendorong ekspektasi pertumbuhan upah lebih cepat di 2018.

Sementara dari kabar korporasi, Twitter membukukan kenaikan pendapatan 14 persen setelah perusahaan sosial media itu melaporkan laba kuartal pertama.

 

Bursa AS Anjlok, Kekayaan 6 Miliarder Merosot Rp 268 Triliun

Beberapa miliarder dunia harus mengalami penurunan kekayaan dalam jumlah besar setelah bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot pada Senin lalu. Mereka yang mengalami hal ini antara lain Warren Buffett, Mark Zuckerberg hingga orang terkaya dunia Jeff Bezos.

Dilansir dari Forbes, Kamis(8/2/2018),  enam miliarder yang kena imbas akan hal ini mengalami penurunan kekayaan sebesar US$ 18,8 miliar atau Rp 286 triliun dalam waktu satu hari. Warren Buffett jadi miliarder dengan penurunan harta paling besar.

Kekayaan pendiri Berkshire Hathaway ini anjlok US$ 5,3 miliar atau enam persen dari total kekayaan Warren Buffett kini berada di angka US$ 84,6 miliar.

CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengalami hal yang sama. Turunnya indeks saham Amerika Serikat turut mengiris harta Mark Zuckerberg senilai US$ 3,6 miliar. Kekayaan suami dari Priscilla Chan kini bertengger di angka US$ 73,1 miliar.

Selain itu, orang terkaya di dunia dan CEO Amazon Inc Jeff Bezos pun tidak bisa menghindari dari hal ini. Kekayaannya merosot US$ 3,3 miliar ke angka US$ 116,4 miliar lantaran saham Amazon melemah 2,8 persen.

Sementara itu, duo pendiri dan pimpinan Alphabet Inc Larry Page dan Sergey Brin masing-masing kehilangan kekayaan sebesar US$ 2,3 miliar.

Pada senin lalu, indeks Dow Jones turun 1,175 poin atau 4,6 persen. Indeks S&P dan Nasdaq juga turun sekitar 4 persen.

Anjloknya indeks saham disebabkan hilangnya optimisme terkait pemangkasan pajak pada Januari 2018 lalu dan digantikan oleh kekhawatiran mengenai inflasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya