IHSG Berpeluang Naik, Awasi Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak di kisaran 6.389-6.578 pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Mar 2018, 07:15 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2018, 07:15 WIB
20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Pengunjung melintas di dekat monitor perkembangan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin dibuka melemah sebesar 12,76 poin. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan saham Rabu pekan ini. Pelaku pasar menanti rilis data ekonomi neraca perdagangan pada pekan ini akan pengaruhi laju IHSG.

Analis PT Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, IHSG terlihat masih dalam proses menguji level support yang terlihat kuat untuk bertahan. Level ini sebelum dapat kembali melanjutkan kenaikan dan mencatatkan kembali rekor baru.

William menambahkan, bila IHSG terjadi koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan buat akumulasi beli. Ini mengingat IHSG masih berada dalam tren menguat jangka menengah dan panjang.

"IHSG akan bergerak di kisaran 6.389-6.578 pada perdagangan Rabu pekan ini," ujar William dalam ulasannya, Rabu (14/3/2018).

Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Lanjar Nafi menuturkan, IHSG akan bergerak variasi dengan mencoba menguat. IHSG akan bergerak di kisaran 6.375-6.515 pada perdagangan saham Rabu pekan ini.

"Secara teknikal, IHSG seakan berbalik arah moving average 50 harian sebagai resistance terdekat. Dengan indikasi kembali bergerak konsolidasi mencoba menguat usai alami pelemahan signifikan dan mendekati area jenuh jual," jelas dia.

Dalam laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia menyebutkan kalau investor fokus rilis neraca perdagangan pada pekan ini. Diperkirakan terjadi defisit neraca perdagangan mencapai US$ 670 juta. Rilis neraca perdagangan ini mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Kami masih melihat ada kejutan mengingat harga batu bara dan nikel naik dalam enam bulan terakhir," tulis Ashmore.

Selain itu, rupiah pun diperkirakan di kisaran 13.700-13.800 per dolar AS. Hal ini didorong aliran dana investor asing yang masuk ke Indonesia dengan pembelian obligasi. Sepanjang Maret ini, investor asing memang melakukan aksi jual dengan rata-rata imbal hasil 6,6-6,7 persen.

Ashmore menyebutkan kalau S&P akan mempertahankan prospek stabil untuk Indonesia. Ini berarti tidak ada perubahan peringkat dalam 12-18 bulan berikutnya. Namun S&P tidak melihat kenaikan subsidi sebagai masalah besar bagi mereka. Ini lantaran kebijakan pada tahun politik.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa 13 Maret 2018, IHSG koreksi 87,74 poin atau 1,35 persen ke posisi 6.412,85 dengan sektor saham konsumsi dan infrastruktur memimpin pelemahan IHSG.

Lanjar menuturkan, pandangan mematahkan dari S&P yang tidak berekspektasi untuk menaikkan dan menurunkan peringkat utang Indonesia hingga tahun depan menjadi kekhawatiran investor di tengah optimisme yang terjadi sejak awal tahun hingga kekhawatiran mengenai aliran dana investor asing yang keluar. Ini dapat membuat pelemahan rupiah menjadi faktor utama penekan IHSG.

Untuk pilihan saham yang dapat dicermati investor, Lanjar memilih saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

Sementara itu, William memilih saham PT AKR Corpindo Tbk (AKRA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

IHSG Anjlok 1,35 Persen pada Perdagangan Saham Kemarin

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Angka tersebut naik signifikan dibandingkan tahun 2016 yang hanya mencatat penutupan perdagangan pada level 5.296,711 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah sepanjang perdagangan saham Selasa pekan ini. Aksi jual investor melanda bursa saham menekan IHSG.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (13/3/2018), IHSG susut 87,84 poin atau 1,35 persen ke posisi 6.412,84. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,7 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.

Ada sebanyak 241 saham tertekan sehingga mendorong IHSG ke zona merah. Sedangkan 123 saham diam di tempat. 108 saham menguat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.501,13 dan terendah 6.399,39.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 386.672 kali dengan volume perdagangan 11,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,7 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 700,31 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 13.742.10 sektor saham kompak tertekan.

Sektor saham barang konsumsi alami penurunan tajam sebesar 2,35 persen. Disusul sektor saham infrastruktur tergelincir 2,1 persen dan sektor saham manufaktur merosot 1,97 persen.

Di tengah pelemahan IHSG, ada sejumlah saham menguat antara lain saham DYAN naik 22,22 persen ke posisi Rp 88, saham PSSI melonjak 12,41 persen ke posisi Rp 163 per saham, dan saham PNBS naik 11,76 persen ke posisi Rp 95.

Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TRAM tergelincir 4,66 persen ke posisi Rp 368, saham GGRM susut 4,18 persen ke posisi Rp 73.900, dan saham PGAS merosot 3,97 persen ke posisi Rp 2.420 per saham.

Di bursa Asia, sebagian besar indeks saham acuan bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,02 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,42 persen, indeks saham Jepang Nikkei menguat 0,66 persen, indeks saham Singapura mendaki 0,30 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,85 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya