Transaksi Saham Medco Capai Rp 16 Triliun di Pasar Negosiasi

Harga saham MEDC ditransaksikan di posisi harga Rp 1.540 per saham di pasar negosiasi pada awal perdagangan Rabu pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 28 Mar 2018, 10:27 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2018, 10:27 WIB
IHSG 30 Mei 2017 Ditutup Melemah 0,33 Persen
Sepanjang perdagangan hari ini (30/5), IHSG bergerak pada kisaran 5.693,39 - 5.730,06, Jakarta, Selasa (30/5). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Transaksi saham PT Medco Energi International Tbk (MEDC) sangat besar sehingga dorong transaksi perdagangan mencapai Rp 17,6 triliun pada awal perdagangan saham.

Berdasarkan data RTI, Rabu (28/3/2018), transaksi saham PT Medco Energi International Tbk mencapai Rp 16,2 triliun di pasar negosiasi.

Harga saham MEDC ditransaksikan di posisi harga Rp 1.540 per saham di pasar negosiasi. Harga saham MEDC tersebut naik 6,21 persen. Total frekuensi perdagangan saham delapan kali dengan volume perdagangan 12,2 miliar saham.

Di pasar negosiasi, harga saham MEDC ditransaksikan di level tertinggi 1.540 dan terendah 1.250. Kemungkinan transaksi tersebut difasilitas Credit Suisse Sekuritas. Tercatat transaksi Credit Suisse mencapai Rp 32,4 triliun.

Sedangkan di pasar regular, harga saham MEDC naik 0,40 persen ke posisi 1.270 per saham. Pada pembukaan perdagangan, harga saham MEDC sempat turun 10 poin ke posisi 1.255 per saham.

Harga saham MEDC ditransaksikan di level tertinggi 1.275 dan terendah 1.240 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 689 kali.

“Ini closing biasa. Transaksi saham (Medco-red) difasilitasi Credit Suisse,” ujar Kepala Riset PT Ekuator Swarna Sekuritas, David Sutyanto saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menuturkan, ada kemungkinan perubahan pemegang saham karena aktivitas jual beli. "Ini perubahan pemegang saham pasti karena ada jual beli tapi kayaknya antar institusi saja," ujar dia.

Berdasarkan data RTI per 31 Januari 2018, pemegang saham PT Medco Energi International Tbk antara lain Encore Energy Pte Ltd sebesar 26,85 persen, Clio Capital Ventures Ltd sebesar 15,60 persen, PT Eedco Daya Abadi Lestari sebesar 8,1 persen, Diamond Bridge Pte Ltd sebesar 21,60 persen, saham treasury sebesar 0,75 persen dan publik kurang dari lima persen sebesar 27,09 persen.

 

Siasat Medco Tingkatkan Produksi Migas

Sumur Gas Medco di Aceh Terbakar
Berdasarkan informasi dari lapangan, kebakaran tersebut terjadi pada 8 Maret 2015 pukul 04.00 WIB.

Sebelumnya, pertumbuhan produksi minyak dan gas bumi (migas) PT Medco E&P Indonesia dan Medco E&P Natuna Ltd. (Medco E&P) meningkat secara signifikan. Peningkatan tersebut dilakukan dengan berbagai upaya dalam mendukung keinginan pemerintah memenuhi kebutuhan migas nasional.

Senior Manager Relations and Security Medco E&P Indonesia dan Medco E&P Natuna Ltd, Drajat Iman Panjawi mengatakan, berdasarkan data perusahaan, angka produksi migas pada semester pertama 2017 terjadi peningkatan sekitar 24 ribu barel setara minyak (Barel Oil Equivalent Per Day/BEPD) dibandingkan dengan 2016.

Pada semester pertama 2017, produksi migas Medco E&P hampir mencapai 90 ribu BOEPD. Sementara pada semester yang sama tahun sebelumnya hanya mencapai 64 ribu BOEPD.

"Sebuah pencapaian yang sangat berarti bagi Medco E&P, di saat harga minyak dunia belum sesuai harapan," kata Drajat di Bogor, Minggu 19 November 2017.

Dalam upaya mempertahankan capaian ini, Medco E&P Indonesia dan Medco E&P Natuna Ltd. terus berupaya meningkatkan kinerja operasinya.

Pada tahun ini, Medco E&P fokus menyelesaikan Proyek Blok A di Aceh sesuai jadwal dan anggaran (Work Plant and Budget/WPnB), memonetisasi penemuan-penemuan domestik migas yang ada, eksplorasi lapangan terdekat dan pengeboran sumur, serta pengembangan bawah laut.

Semua aktivitas operasi tetap berpegang pada prinsip efisiensi biaya, tanpa menomorduakan aspek keselamatan. Perusahaan juga berhasil mempertahankan biaya produksi per barel di bawah US$ 10 per barel setara minya (Barel Oil Equivalent/BOE).

"Medco E&P, juga terus mengoptimalisasi lapangan-lapangan tuanya dengan berbagai inovasi di bidang teknologi migas serta pengendalian biaya aset lapangan, seperti di Blok Rimau, Sumatera Selatan, dan Lematang di Sumatera Selatan, serta Blok Tarakan di Kalimantan Utara," dia menandaskan.

 

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya