Kekhawatiran Perang Dagang Bawa Wall Street Berakhir Melemah

Wall Street melemah akibat kekhawatiran terjadinya perang perdagangan setelah pembalasan China terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

oleh Nurmayanti diperbarui 19 Jun 2018, 05:28 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2018, 05:28 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Wall Street melemah dengan indeks Dow dan S & P turun moderat, akibat diimbangi kenaikan saham energi yang membantu mengekang penurunan yang berasal dari kekhawatiran terjadinya perang perdagangan setelah pembalasan China terhadap kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

Melansir laman Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 103,01 poin, atau 0,41 persen, menjadi 24.987,47. Sementara indeks S&P 500 kehilangan 5,79 poin, atau 0,21 persen menjadi 2.773,87 dan Nasdaq Composite bertambah 0,65 poin, atau 0,01 persen, menjadi 7.747,03.

Presiden AS Donald Trump pada pekan lalu mengatakan jika ia menyetujui penetapan tarif atas impor China yang mencapai US$ 50 miliar. Langkah Trump ini mendapat reaksi cepat dari China yang menegaskan juga akan menghalangi beberapa komoditas Amerika.

Akibat dari ancaman perang dagang tersebut, Boeing, yang telah bertindak sebagai wakil mengatasi ketegangan perang perdagangan antara AS dengan China karena merupakan eksportir AS terbesar ke negara itu, mengalami penurunan harga saham sebesar 0,9 persen. Penurunan saham ini yang menjadi penghambat terbesar bagi Dow.

Saham lain yang juga melemah yakni perusahaan pembuat peralatan konstruksi Caterpillar sebesar 0,9 persen.

Kemudian perusahaan pembuat chip, yang menggantungkan sebagian besar pendapatannya pada China, juga kehilangan. Indeks semikonduktor PHLX kehilangan 0,99 persen, kinerja harian terburuk dalam sebulan.

Saham intel turun 3,4 persen, dan menjadi hambatan terbesar pada indeks S & P 500 dan Nasdaq.

"Anda melihat narasi perdagangan yang ditahan, atau setidaknya berjalan ke beberapa headwinds signifikan dan sebagai hasilnya Anda melihat kompresi dalam penilaian di sana," kata Peter Kenny, Ahli Strategi Pasar Senior di Global Markets Advisory Group, di New York.

 

Harga Minyak

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Di sisi lain, harga minyak naik di tengah gejolak perdagangan karena pelaku pasar menurunkan harapan mereka tentang seberapa besar OPEC dapat meningkatkan produksi. Bahkan dengan peningkatan yang diantisipasi, Goldman Sachs mempertahankan prospek bullish di pasar minyak.

Adapun indeks energi S & P naik 1,1 persen dan menjadi kenaikan pertama dalam lima sesi. Indeks didorong keuntungan Chevron Corp yang naik 1,6 persen, dan ConocoPhillips yang meningkat 1,9 persen.

"Jelas investor telah memberi harga pada beberapa pelonggaran batas produksi yang ada di OPEC sekarang untuk beberapa waktu," kata Kenny.

Tercatat, S&P 500 membukukan 23 posisi tertinggi baru dalam 52 minggu baru dan 4 terendah baru. Nasdaq Composite mencatat 172 tertinggi baru dan 46 terendah baru.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya