Perang Dagang Guncang Wall Street, Dow Jones Kehilangan Keuntungan di 2018

Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ancaman untuk mengenakan tarif sebesar 10 persen kepada barang-barang impor dari China dengan potensi perdagangan sebesar USD 200 miliar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 20 Jun 2018, 05:05 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 05:05 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street terjatuh pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Pendorong pelemahan bursa saham di kawasan Amerika Serikat (AS) tersebut adalah perselisihan perdagangan antara AS dengan China.

Akibat pelemahan pada perdagangan sepanjang Selasa tersebut, indeks acuan Dow Jones Industrial Average (DJIA) kehilangan seluruh keuntungan yang telah dibukukan sepanjang 2018.

Mengutip Reuters, Rabu (20/6/2018), Dow Jones Industrial Average turun 287,26 poin atau 1,15 persen menjadi 24.700,21. Untuk S&P 500 kehilangan 11,18 poin atau 0,40 persen menjadi 2.762,57. Sedangkan Nasdaq Composite turun 21,44 poin atau 0,28 persen menjadi 7.725,59.

Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ancaman untuk mengenakan tarif sebesar 10 persen kepada barang-barang impor dari China dengan potensi perdagangan sebesar USD 200 miliar. Sebagai balasan, Beijing juga akan melakukan hal yang sama dengan memberikan tarif yang besar kepada barang-barang asal Amerika Serikat.

Trump mengatakan, langkah yang ia lakukan sebenarnya mengikuti yang telah dilakukan oleh China dengan menaikkan tarif hingga USD 50 miliar untuk barang-barang asal AS.

"Investor pasar modal terus mendalami taktik negosiasi yang telah dijalani oleh AS dan China ini." jelas analis John Hancock Investments, Boston, Emily Roland.

 

Indeks Acuan Langsung Jatuh

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Akibat hal tersebut, tiga indeks utama terpangkas sehingga menuju ke zona negatif di awal perdagangan.

Melihat retorika ini, beberapa investor yakin bahwa yang sedang terjadi ini tidak akan berlangsung lama. Pasar saham akan kembali melambung ke depan.

"Pasar saham AS lebih kuat jika dibanding dengan pasar saham global. Guncangan ini tidak akan berlangsung lama," jelas analis JonesTrading, Greenwich, Connecticut, Michael O'Rourke.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya