Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Aksi jual investor asing menekan laju IHSG.
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (28/2/2019), IHSG merosot 82,33 poin atau 1,26 persen ke posisi 6.443,34. Indeks saham LQ45 tergelincir 1,53 persen ke posisi 1.006,09. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 282 saham melemah sehingga menekan laju IHSG. 124 saham menguat belum mampu menahan pelemahan IHSG. 126 saham diam di tempat. Pada Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.526,93 dan terendah 6.433,34.
Advertisement
Baca Juga
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 473.327 kali dengan volume perdagangan saham 14,6 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 10,7 triliun.
Investor asing jual saham Rp 1,25 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) di kisaran Rp 14.065. 10 sektor saham kompak tertekan. Sektor saham aneka industri turun 4,81 persen, dan bukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur tergelincir 1,7 persen dan sektor saham tambang merosot 1,69 persen.
Di tengah tekanan IHSG, ada sejumlah saham yang mampu menguat. Saham-saham itu antara lain saham OCAP naik 24,58 persen ke posisi 294 per saham, saham HDFA melonjak 21,62 persen ke posisi 180 per saham, dan saham TOBA menanjak 7,84 persen ke posisi 1.720 per saham.
Sedangkan saham-saham yang melemah antara lain saham TINS merosot 13,29 persen ke posisi 1.370 per saham, saham CINT tergelincir 12,41 persen ke posisi 254 per saham, dan saham ARII terpangkas 6,59 persen ke posisi 850 per saham.
Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks saham Hong Kong Hang Seng merosot 0,43 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi turun 1,76 persen, dan bukukan penurunan terbesar di Asia.
Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,79 persen, indeks saham Thailand melemah 0,56 persen, indeks saham Shanghai merosot 0,44 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 1,15 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah faktor pengaruhi IHSG. Pertama, minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Kedua, lesunya aktivitas manufaktur dan non-manufaktur di China yang ditandai dengan turunnya data indeks.
Ketiga, meredanya optimisme terhadap hubungan perdagangan AS dengan China akibat pernyataan dari ketua perwakilan dagang AS Robert Lighthizer.
Keempat, Belum tercapainya kesepakatan denuklirisasi di kawasan Semenanjung Korea pada perundingan tingkat tinggi antara AS dan Korea Utara di Vietnam. "Kelima krisis Kashmir menyebabkan para pelaku pasar memindahkan asetnya kepada instrumen yang bersifat safe haven seperti emas, yen, dan swiss franc," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
IHSG Sesi I
Pada sesi pertama Kamis pekan ini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tertekan dalam. IHSG merosot 72,86 poin atau 1,12 persen ke posisi 6.452,81. Indeks saham LQ45 susut 1,28 persen ke posisi 1.008,71. Seluruh indeks saham acuan tertekan.
Sebanyak 267 saham melemah sehingga menekan IHSG. 101 saham menguat dan 126 saham diam di tempat.
Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 6.526,93 dan terendah 6.440,92.
Total frekuensi perdagangan saham 266.023 kali dengan volume perdagangan 8,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 4,6 triliun.
Saham-saham yang menguat antara lain saham OCAP naik 24,58 persen ke posisi 294 per saham, saham PGLI melonjak 16,38 persen ke posisi 270 per saham dan saham HDFA naik 13,51 persen ke posisi 168 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham PNSE merosot 15,73 persen ke posisi 750 per saham, saham TIRA tergelincir 15,25 persen ke posisi 200 per saham, dan saham TINS merosot 14,24 persen ke posisi 1.355 per saham.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement