Hasil Rapat The Fed Bayangi IHSG, Simak Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan perkasa pada perdagangan saham Kamis (2/5/2019).

oleh Bawono Yadika diperbarui 02 Mei 2019, 06:30 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2019, 06:30 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan perkasa pada perdagangan saham Kamis (2/5/2019).

Secara teknikal, analis menilai IHSG membentuk formasi three white soldier yang mengindikasikan ada potensi penguatan. Analis PT Artha Sekuritas, Dennies Christoper Jordan menuturkan, penguatan IHSG bakal di kisaran 6.436- 6.465.

Sementara itu, untuk sentimen luar negeri, menurut dia pergerakan IHSG akan dipengaruhi kebijakan suku bunga the Fed di rapat Federal Open Market Committee (FOMC). 

"Selain itu, data inflasi Indonesia untuk bulan April 2019 akan mewarnai performa IHSG," terangnya di Jakarta. 

Sementara itu, Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya prediksi IHSG akan diperdagangkan pada zona hijau di support dan resistance 6.420-6.500.

Adapun saham-saham yang dapat dimonitor menurut dia adalah saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Timah (Persero) Tbk (TINS), dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM).

Sedangkan Dennies menyarankan untuk membeli saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP).

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Penutupan Perdagangan Saham pada Selasa

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak bertahan di zona hijau jelang libur hari buruh pada 1 Mei 2019.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa, 30 April 2019, IHSG menguat 29,45 poin atau 0,46 persen ke posisi 6.455,35. Indeks saham LQ45 menanjak 0,58 persen ke posisi 1.019,33. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.

Sebanyak 196 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sementara itu, 222 saham melemah sehingga IHSG belum mampu naik kencang. 116 saham lainnya diam di tempat. Pada Selasa pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.457,82 dan terendah 6.428,25.

Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 486.481 kali dengan volume perdagangan 17,5 miliar saham. Nilai transaksi Rp 10,7 triliun. Investor asing beli saham Rp 64,99 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.229.

Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang turun 0,80 persen, sektor saham konstruksi susut 0,29 persen dan sektor saham infrastruktur tergelincir 0,48 persen.

Sektor saham barang konsumsi menguat 1,5 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham manufaktur mendaki 1,2 persen dan sektor saham perdagangan menanjak 1,1 persen.

Saham-saham catatkan penguatan terbesar antara lain saham GOLD menguat 25 persen ke posisi Rp 575 per saham, saham FILM meroket 25 persen ke posisi Rp 1.100 per saham, dan saham APEX naik 21,19 persen ke posisi Rp 915 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham POOL turun 23,67 persen ke posisi Rp 2.160 per saham, saham KONI merosot 21,90 persen ke posisi Rp 214 per saham, dan saham RANC terpangkas 11,06 persen ke posisi Rp 370 per saham.

Bursa saham Asia pun bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng susut 0,65 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,58 persen, dan indeks saham Singapura tergelincir 0,20 persen.

Sementara itu, indeks saham Thailand menguat 0,52 persen, indeks saham Taiwan menguat 0,26 persen dan indeks saham Shanghai mendaki 0,52 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, penguatan IHSG didorong sentimen stabilitas makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan. Selain itu, meredanya sentimen perang dagang.

"Para pelaku pasar menantikan rilis data inflasi di Indonesia yang diprediksi tetap stabil di kisaran 2,5 persen hingga 2,7 persen," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya