Harga Minyak hingga Data Pekerja Mengganjal Gerak Wall Street

Sentimen ke pasar saham kian besar saat harga minyak dunia turun

oleh Nurmayanti diperbarui 07 Mei 2020, 05:00 WIB
Diterbitkan 07 Mei 2020, 05:00 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serika (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta Wall Street atau pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup bervariasi dipicu penurunan harga minyak dan data tenaga kerja AS baru yang menunjukkan lonjakan pengangguran.

Melansir laman AFP, Dow Jones Industrial Average berakhir turun 0,9 persen menjadi 23.664,64, dan S&P 500 turun 0,7 persen menjadi 2.848,42. Sementara Indeks Komposit Nasdaq bertambah 0,5 persen pada 8.854,39.

Perusahaan penggajian ADP melaporkan jika sektor swasta AS kehilangan 20,2 juta pekerjaan pada bulan lalu, dan membayangi laporan resmi pemerintah tentang data pekerjaan, pada hari ini.

Kondisi yang suram ditambah saat Komisi Eropa mengatakan ekonomi zona euro akan berkontraksi sebesar 7,7 persen pada tahun 2020, karena konsekuensi pandemi Corona yang melanda seluruh benua.

Sentimen ke pasar kian besar saat harga minyak dunia  turun, menghentikan kenaikan beruntunya selama lima hari di tengah keraguan tentang seberapa cepat permintaan akan pulih. Data AS menunjukkan peningkatan stok minyak mentah, tetapi tidak sebesar seperti yang diperkirakan para analis.

"Pasar tampaknya kehabisan tenaga," kata Peter Cardillo dari Spartan Capital Securities. "Kami mulai melihat beberapa berita makro negatif yang sebenarnya," jelas dia.

Dia mengatakan ketika indikator makro menjadi lebih dari satu faktor, akan menciptakan sedikit keraguan dari para investor.

Adapun saham yang mengalami penurunan antara lain milik Disney yang susut 0,2 persen karena kehilangan USD 1,4 miliar akibat Virus Corona. Sebagai akibat dari penutupan taman hiburan dan operasi lainnya.

Sementara saham General Motors melonjak 3,0 persen setelah melaporkan laba yang lebih baik dari perkiraan dan mengumumkan rencana untuk melanjutkan pengoperasian manufaktur pada bulan ini, bahkan ketika laba bersih anjlok 86 persen menjadi USD 294 juta.

 

Wall Street Menguat Seiring Penambahan Pasien Covid-19 di AS Melambat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Spesialis Michael Mara (kiri) dan Stephen Naughton berunding saat bekerja di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). (AP Photo/Richard Drew)

Bursa saham AS naik pada perdagangan Selasa karena investor bertaruh ekonomi AS bisa kembali bangkit. Sementara harga minyak melonjak untuk hari kelima berturut-turut.

Dikutip dari laman CNBC, Rabu (6/5/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup 133,33 poin lebih tinggi, atau 0,6 persen, pada 23.883,09. S&P 500 naik 0,9 persen menjadi ditutup pada 2.868,44 sementara Nasdaq Composite naik 1,1 persen menjadi 8.809,12.

Rata-rata investor memangkas kenaikan mereka di jam terakhir perdagangan setelah Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida mengatakan kepada CNBC bahwa ekonomi mungkin membutuhkan lebih banyak dukungan fiskal dan moneter. Di awal sesi, Dow naik lebih dari 400 poin.

"Pembukaan negara dari lockdown dan jumlah kasus mulai di titik puncak mengurangi ketidakpastian," kata Tom Lee, pendiri dan kepala penelitian di Fundstrat Global Advisors. "Ini adalah, dalam pandangan kami, alasan utama saham menguat lebih tinggi dan bergeser ke tangan pembeli," tambahnya.

“Pasar dipenuhi penjual, menyebabkan kehancuran tercepat yang pernah ada. Jadi kami pikir risiko / hadiah masih menguntungkan pembeli,” lanjut Lee.

Saham Pfizer naik setelah raksasa farmasi mengatakan memulai uji coba vaksin corona virus pada manusia. Ini menyebabkan reli 2,2 persen di sektor perawatan kesehatan S&P 500.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya